Ahli Adiksi Perilaku dr. Kristiana Siste mengungkapkan beberapa gejala yang mungkin dialami anak jika kecanduan internet. Salah satunya adalah mulai kehilangan kontrol atas dirinya untuk berselancar di internet.

“Gejalanya itu kehilangan kontrol, durasinya semakin lama semakin meningkat dan dia tidak bisa mengontrol,” kata Siste dalam konferensi pers daring pada Sabtu (2/10).

Hal itu kemudian berlanjut pada perubahan pola waktu sang anak atau remaja. Waktu-waktu yang seharusnya dipakai untuk beristirahat atau beraktivitas riil malah digunakan untuk internet, baik bermain gim atau media sosial.

Selain peningkatan waktu, gejala anak mulai kecanduan internet adalah meningkatnya konten-konten yang dicari atau dimainkan di internet.

“Awalnya casual games, kemudian jadi battle arena. Awalnya dari handphone tapi lama-lama memainkannya di komputer,” tuturnya.

“Kemudian mereka juga memprioritaskan gim tersebut sehingga berdampak kurang tidur, susah makan, hingga perawatan diri yang buruk. Parahnya lagi, mereka meneruskan perilaku tersebut,” ucap Siste.

Ia juga menegaskan dampak buruk itu tak hanya akan diterima dari pribadi sang anak. Namun, dampak kecanduan internet juga bisa dirasakan oleh orang-orang sekitar anak, seperti orang tua.

“Relasi dengan orang tua juga jadi memburuk. Prestasi akademik atau mungkin pekerjaannya juga jadi memburuk,” ucap Kepala Departemen Psikiatri RSCM itu.

Gejala-gejala itu disampaikan, kata Siste, supaya orang-orang tidak serta merta melabeli anak atau remaja yang berinternet sebagai pencandu. Namun, ia mengatakan pentingnya deteksi dini sebagai bentuk pencegahan.

Ia tak melarang anak-anak berinternet. Namun, Siste menekankan pentingnya pengawasan serta keseimbangan antara internet dengan aktivitas-aktivitas riil bagi anak dan remaja.

“Karena jika sudah kecanduan sehingga tidak mampu beraktivitas, memiliki masalah kejiwaan penyerta, dan terdapat perilaku menyakiti diri sendiri, maka anak harus segera dibawa ke profesional untuk mendapat tatalaksana lebih lanjut yang komprehensif,” Siste menegaskan.

Sebelumnya, ia mengungkapkan hasil survei terhadap ribuan anak Indonesia pada 2020. Survei itu menunjukkan 19,3 persen remaja dan 14,4 persen dewasa muda kecanduan internet.

“Sejumlah 2.933 remaja mengalami peningkatan durasi online dari 7,27 jam menjadi 11,6 jam per hari. Itu meningkat 59,7 persen,” tutur Siste.

Ia juga mengungkapkan sekitar 4.734 dewasa muda atau orang-orang yang berusia di atas 20 tahun juga mengalami peningkatan durasi online menjadi 10 jam per hari selama pandemi.

Sehingga, temuan itu diharapkan menjadi perhatian orang tua, termasuk pihak sekolah dalam menentukan jumlah kelas online per harinya.

Editor: NUL