Satgas Waspada Investasi (SWI) telah menangani ratusan bahkan ribuan investasi bodong alias ilegal yang melakukan penipuan. Beberapa di antaranya kalau diingat lagi modusnya bikin geleng-geleng kepala.

Ketua SWI Tongam L Tobing menjelaskan, kebanyakan dari entitas yang melakukan penipuan investasi modusnya tidak masuk akal. Mereka menawarkan imbal hasil selangit untuk menjerat korbannya. Mungkin memang tawarannya menggiurkan, tapi jika ditimbang menggunakan logika tidak masuk akal.

“Contohnya saat ini ada penawaran investasi berjangka yang menawarkan bunga 1% per hari, artinya 365% per tahun,” ucapnya dalam acara d’Mentor.

Selain menawarkan imbal hasil selangit, mereka membungkus penawarannya dengan gimik-gimik menarik. Misalnya investasi berjangka menggunakan robot trading, mereka mengkampanyekan produknya ‘Tidur Saja Dibayar’.

“Inilah kadang kami bilang, masyarakat jadi tidur terus karena dibayar. Ini kan rasionalitasnya harusnya jalan. Kan tidak mungkin kita mendapatkan uang tanpa bekerja hanya tidur saja,” tambahnya.

Masih dalam ingatan, belum lama ini juga heboh aplikasi dengan hanya menonton video bisa memberikan keuntungan, misalnya Tiktok Cash dan Snack Video. Jika direnungkan lagi, sebenarnya tidak perlu menguasai pengetahuan investasi untuk meyakini ada yang aneh dengan tawaran itu.

“Tiktok Cash itu kita beli dulu jabatannya, misalnya supervisor Rp 4,9 juta dan kita ikuti nonton video, kita akan mendapatkan sampai Rp 120 juta per tahun, dari mana?” ungkapnya.

Tongam melanjutkan, ada juga penawaran investasi abal-abal berkedok penambangan aset kripto. Mereka menjanjikan keuntungan 0,5% per hari atau 15% [per bulan. Memang koinnya diberikan, tapi ternyata koin itu aset kripto tak jelas.

“Koinnya nggak laku, untuk apa kita punya koin nggak laku, untuk apa kita punya koin nggak ada demand-nya. Ini juga harusnya rasionalitas berjalan di sana,” tambahnya.

Tahun lalu juga ada investasi aneh di Jawa Timur yang bernama Auto Gajian. Entitas ini menawarkan investasi dengan balut gajian tanpa harus bekerja. Ternyata metode yang digunakan money game atau skema ponzi. Tongam menyebutnya multi level gajian.

“Kita gajian tanpa bekerja tapi digaji oleh orang yang kita rekrut. Kemudian orang yang kita rekrut digaji oleh orang yang direkrut lagi. Jadi ini kayanya multi level gajian. Apa iya? kan nggak masuk akal, tapi banyak juga yang masuk di sana,” kelakarnya.

Ada lagi penipuan investasi yang memanfaatkan aplikasi perpesanan Telegram. Pelaku tiba-tiba memasukkan nomor korbannya ke grup investasi di Telegram. Hal yang membuat korbannya mudah tertipu adalah grup itu memiliki banyak anggota.

Pelaku akan mengirimkan bukti-bukti hasil investasi, salinan dokumen pendaftaran peserta baru, hingga rekening yang menunjukkan besarnya keuntungan investasi yang ditawarkan. Tentu saja bukti-bukti itu palsu.

“Bahkan kadang-kadang mencatut nama-nama entitas yang berizin. Misalnya ada penawaran investasi bayar Rp 5 juta nanti 2 hari dapat Rp 20 juta. Akhirnya dia bayar, pas mau cair hari kedua, harus dibuka dulu kuncinya untuk password pembukaan rekening Rp 20 juta. Syaratnya transfer lagi Rp 5 juta, setelah ditransfer Rp 10 juta, dia itu dikeluarkan dari grup,” terang Tongam.

Tak hanya berkedok penawaran investasi, ada juga pelaku penipuan berkedok arisan online. Modusnya, korban cukup membayar sejumlah uang satu kali, misalnya Rp 1 juta, nanti korban dijanjikan akan mendapatkan arisan Rp 100 juta.

Korban akan mendapatkan nomor hasil kocokan. Tapi ketika sudah gilirannya, pelaku menghilang.

Dari sederet contoh kasus penipuan investasi di atas, seharusnya kita bisa menghindari hal-hal semacam itu. Kuncinya cukup berpikir rasional.

 

EDITOR : NULL
SUMBE : DETIK.