Thailand mencatat 11.784 kasus infeksi virus corona (Covid-19) dalam 24 jam terakhir pada Senin (19/7).

Ini merupakan rekor keempat kasus harian di negara itu yang terjadi secara berturut-turut.

Pada Jumat pekan lalu Thailand melaporkan 9.692 kasus. Angka itu terus bertambah hingga menembus sepuluh ribu pada Sabtu (17/7), kemudian pada Minggu (18/7) kembali naik dengan 11.397 kasus.

Secara akumulatif, kasus Covid-19 di Thailand mencapai 415.170 orang. Sedangkan jumlah kematian sebanyak 3.422 jiwa.

Melansir Reuters, demi mencegah laju penularan virus, kemarin pemerintah mengumumkan memperluas provinsi yang wajib menerapkan pembatasan mobilitas penduduk. Di antaranya Chonburi, Ayutthaya dan Chachoengsao.

Selain itu, di wilayah-wilayah itu juga akan diberlakukan jam malam dari pukul 21.00 hingga 04.00, mulai besok, Selasa (20/7).

Pembatasan serupa sudah terlebih dahulu diterapkan di Bangkok dan sembilan provinsi lain sejak pekan lalu.

Selain itu, pusat perbelanjaan juga akan ditutup serta larangan masyarakat untuk berkumpul di ruang publik yang berlaku di seluruh Thailand. Jika ada warga yang melanggar akan dikenai hukuman maksimal dua tahun penjara atau denda hingga 400 ribu baht atau sekitar Rp176 juta.

Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Thailand mengumumkan akan mencampur vaksin AstraZeneca dan Sinovac dalam program vaksinasinya demi meningkatkan efikasi vaksin.

Mereka menyatakan akan menjadikan Sinovac sebagai dosis penyuntian pertama dalam vaksinasi, dan AstraZeneca sebagai dosis kedua. Cara mencampurkan vaksin yang dibuat dengan metode berbeda mampu melawan virus corona, terutama untuk varian yang sangat menular seperti varian Delta.

Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar tak mencampur vaksin Covid-19 dari merek berbeda, sebab data terkait dampak kesehatan yang didapat masih belum cukup.

Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, menyebut mengombinasi vaksin yang beda produsen merupakan langkah berbahaya.

Editor: Nul

Sumber: cnnindonesia