Keputusan PPKM Darurat diperpanjang atau tidak baru akan diambil pada dua sampai tiga hari ke depan. Saat ini, pemerintah masih melakukan evaluasi hasil kebijakan untuk menekan penularan virus corona (Covid-19) tersebut.

“Saat ini kami sedang melakukan evaluasi terhadap apakah PPKM dibutuhkan perpanjangan lebih lanjut. Kami akan laporkan ke presiden. Saya kira dua sampai tiga hari ke depan kita juga akan mengumumkan secara resmi,” kata Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, Sabtu (17/7).

Luhut mengklaim mobilitas dan aktivitas masyarakat menurun signifikan pada pelaksanaan PPKM Darurat sejak 3 Juli, dilihat dari beberapa alat ukur salah satunya intensitas lalu-lintas di Google Maps. Namun, menurut Luhut, penurunan mobilitas belum membuat kasus Covid-19 melandai.

“Saya mohon dengan sangat untuk mematuhi protokol kesehatan, selama periode PPKM ini,” ujarnya.

Luhut juga meminta masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 yang dilakukan pemerintah agar target herd immunity segera terwujud. Ia mengklaim vaksinasi sudah masif.

Pelaksanaan PPKM Darurat di sejumlah wilayah Jawa-Bali sudah berlaku sejak 3 Juli lalu. Sejumlah pembatasan kegiatan masyarakat diperketat, mulai dari bekerja dari rumah untuk sektor nonesensial, beribadah di rumah, hingga belajar secara online.

Di tengah perjalanan PPKM Darurat Jawa-Bali, pemerintah memutuskan memperluas kebijakan serupa. Pemerintah menerapkan PPKM Darurat di luar Pulau Jawa dan Bali, yang berlaku mulai Senin (12/7).

Sebanyak 15 daerah menerapkan PPKM Darurat, meliputi Kota Tanjung Pinang, Singkawang, Padang Panjang, Balikpapan, Bandar Lampung, Pontianak, Manokwari, Sorong, Batam, Bontang, Bukittingi, Berau, Padang, Mataram, dan Kota Medan.

Sepanjang PPKM Darurat berjalan dua pekan di Jawa-Bali, kasus positif Covid-19 tak kunjung turun. Beberapa kali tercatat rekor kasus harian, tertinggi terjadi pada 15 Juli dengan 56.757 kasus.

Tak hanya itu, kasus kematian juga mencatat rekor baru saat PPKM Darurat. Pada 17 Juli, pasien Covid-19 yang meninggal dunia mencapai 1.205 orang atau tertinggi selama pandemi. Meskipun demikian, pasien sembuh juga mencatat rekor pada 12 Juli dengan 34.754 orang.

Selain itu, tingkat keterisian rumah sakit nyaris 100 persen selama PPKM Darurat. Muncul juga kasus kelangkaan oksigen yang memicu kasus kematian hingga lonjakan harga obat yang diklaim bisa untuk terapi Covid-19.

Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi mengungkapkan kondisi fasilitas kesehatan (faskes) di sejumlah daerah sudah berada di fase kolaps secara fungsi alias functional collapse.

“Kondisi sekarang cukup mengkhawatirkan. Kita dihadapkan pada kondisi yang functional collapse, bukan structural collapse ya, karena IGD-nya masih ada, bisa dibuat tenda, bisa tambah tempat tidur. Tapi secara functional collapse,” kata Adib.

Editor: Parna

Sumber: cnnindonesia