Winger timnas Inggris Bukayo Saka mengeluarkan pernyataan untuk kali pertama sejak gagal mengeksekusi penalti pada final Euro 2020 melawan Italia.

Saka menjadi penendang penalti terakhir Inggris saat dikalahkan Italia pada final Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Senin (12/7). Penalti Saka diblok Gianluigi Donnarumma dan Inggris gagal merebut gelar untuk kali pertama sejak 1966.

Melalui pernyataan di akun Instagram dan Twitter, Saka mengaku merenungkan semua hal yang terjadi dalam hidupnya, mulai dari kekalahan di final Euro 2020

“Saya menjauh dari media sosial selama beberapa hari untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan merenungkan hal yang terjadi beberapa minggu terakhir. Saya perlu berterima kasih kepada semua orang yang telah mendukung saya,” tulis Saka.

“Suatu kehormatan bisa menjadi bagian dari skuad timnas Inggris yang memberi contoh baik, mereka adalah saudara seumur hidup dan saya berterima kasih atas semua pelajaran yang saya dapat dari setiap pemain dan staf yang bekerja keras,” sambung winger Arsenal itu.

Saka kemudian mengungkapkan permintaan maaf karena gagal melakukan eksekusi penalti pada final Euro 2020 melawan Italia.

“Tidak ada kata-kata yang bisa diungkapkan untuk menggambarkan kekecewaan saya atas hasil dan penalti saya. Saya benar-benar yakin kami akan memenangi ini untuk kalian semua. Saya minta maaf karena kami tidak bisa membawa pulang gelar untuk kalian tahun ini, tapi saya berjanji kami akan memberikan semua untuk memastikan generasi ini tahu bagaimana rasanya menang,” tulis Saka.

“Reaksi saya usai pertandingan mengatakan itu semua, saya sangat terluka dan telah mengecewakan kalian semua keluarga Inggris saya, tapi saya berjanji tidak akan membiarkan momen itu, atau hal negatif yang saya terima pekan ini, merusak saya,” tulis Saka.

Lebih lanjut Saka mengaku sadar akan mendapat hinaan secara rasial usai gagal penalti di final Euro 2020. Untuk itu winger 19 tahun itu mengkritik tiga perusahaan media sosial yang tidak mampu mencegah perilaku rasial tersebut.

“Kepada Instagram, Twitter, Facebook, saya tidak ingin ada anak atau orang dewasa menerima pesan kebencian dan menyakitkan seperti yang saya, Marcus [Rashford] dan Jadon [Sancho] terima. Saya langsung tahu pesan kebencian yang akan saya terima [usai final Euro 2020] dan itu adalah kenyataan yang menyedihkan bahwa platform kuat Anda tidak cukup untuk menghentikan pesan-pesan ini,” tulis Saka.

“Tidak ada tempat untuk rasialisme atau kebencian dalam bentuk apa pun di sepak bola atau di area masyarakat mana pun, dan bagi orang-orang yang melawan kebencian ini, kita akan menang. Cinta selalu menang,” tutup Saka dalam pesan di medsos.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia