Virus COVID-19 varian delta (dari India) telah menyebar di beberapa wilayah Indonesia. Varian ini dikenal lebih mudah menyebar dan menular ke orang lain dibandingkan dengan varian yang lainnya.

Dokter dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) dr Gatut Priyonugroho mengatakan, tingkat penularan COVID-19 varian delta lebih tinggi dibanding varian lain. Bahkan dari satu orang, virus ini bisa menularkan ke 8 orang lainnya.

“Virus Covid-19 varian alpha dari UK bisa menular dari satu orang kepada enam orang, dan varian delta dari satu orang menularkannya kepada delapan orang. Angka tersebut tidak saklek, tapi menggambarkan bahwa semudah itu varian Covid-19 yang baru menular,” papar dia dalam webinar ‘Mengenal Lebih Dekat Covid-19 Varian Delta’ dikutip detikEdu dari rilis yang diterima, Rabu (14/7/2021).

Lebih lanjut, dr Gatut juga menjelaskan, apabila seseorang yang sudah terinfeksi COVID-19 dan divaksinasi, maka antibodi naik. Namun, hal ini menjadi pengecualian pada virus varian delta.

“Ketika dia sudah kena varian delta, terus divaksin, maka keefektifannya tidak sebaik seseorang yang belum terkena jenis varian tersebut,” terang dia.

Untuk itu, dr Gatut menyarankan agar masyarakat selalu menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan dengan sabun. Hal itu dinilai lebih baik dibandingkan melakukan disinfeksi

“Kalau tangan kita kotor, jangan didisinfeksi saja tapi tidak dibersihkan. Bersihkan dulu menggunakan sabun, karena cara ini paling aman untuk merontokkan struktur virus yang hinggap pada tangan kita,” tutur Gatut.

Adapun, virus corona varian delta memiliki gejala yang hampir sama dengan varian lain, yakni demam (94%), batuk (79%), sesak (55%), berdahak (23%), nyeri badan (15%), lelah (23%), sakit kepala (8%), rinorea (7%), batuk darah (5%), diare (5%), anosmia (3%), dan mual (4%). Jika seseorang terkena Covid ringan, pada umumnya ia baik-baik saja (0.1% memberat).

Sementara itu, Gatut juga meluruskan kesalahpaham di masyarakat terkait penyintas COVID-19 (orang yang telah sembuh dari COVID-19) akan lebih kebal terhadap virus. Menurutnya, hal itu menjadi tanda untuk lebih berhati-hati karena tubuhnya terbukti rentan terhadap virus.

“Mereka yang pernah kena Covid-19 bukan berarti dia sudah menumbuhkan antibodi, tetapi itu juga tandanya dia terbukti rentan terkena Covid-19, karena virus itu cocok dengan tubuhnya sehingga mudah masuk. Maka kita juga cukup sering menemukan kasus orang yang terinfeksi virus Covid-19 untuk yang kedua kalinya,” kata dia.

Terakhir, Gatut mengingatkan masyarakat yang telah terbabas dari isoman atau isolasi COVID-19di rumah sakit untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, dan menerapkan pola hidup sehat.

Editor : Aron
Sumber : detiknews