WHO menyoroti suntikan booster dalam vaksinasi COVID-19 atau pemberian dosis ketiga yang mulai dilakukan oleh sejumlah negara kaya. Pasalnya, masih ada negara yang belum menerima vaksin COVID-19.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, di tengah lonjakan dan kematian akibat COVID-19, masih banyak negara belum menerima vaksin untuk melindungi petugas kesehatan mereka.

Apalagi kini muncul varian Delta yang jauh lebih menular dan mendominasi di hampir seluruh dunia.

“Kesenjangan global dalam pasokan vaksin COVID-19 sangat tidak merata. Beberapa negara dan wilayah sebenarnya memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lain memiliki pasokan untuk memvaksinasi pekerja kesehatan mereka dan yang paling rentan,” ujar Tedros dikutip Reuters, Selasa (13/7).

Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, menjelaskan sejauh ini WHO belum melihat suntikan booster diperlukan bagi mereka yang telah menerima suntikan lengkap atau dua dosis.

“(Suntikan) harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka perlu diberikan sebagai dosis booster,” kata Swaminathan.

WHO masih yakni suntikan dua dosis vaksin COVID-19 sudah cukup untuk melindungi diri dari virus. Namun protokol kesehatan harus tetap dipatuhi.

Meski begitu, WHO menilai bisa saja ke depan suntikan booster diperlukan. Tapi hingga saat ini, WHO berpandangan suntikan booster belum diperlukan.

Sedangkan Kepala Program kedaruratan WHO, Mike Ryan, juga tak setuju dengan negara yang memilih melakukan suntikan vaksin dosis ketiga. Senada dengan Tedros, Ryan mengatakan masih banyak negara belum menerima vaksin COVID-19.

“Kami akan melihat ke belakang dalam kemarahan, dan kami akan melihat ke belakang dengan rasa malu, jika negara-negara menggunakan dosis yang berharga pada suntikan booster, pada saat orang-orang yang rentan masih sekarat tanpa vaksin di tempat lain,” kata Ryan.

“Ini adalah orang-orang yang ingin memiliki kue dan memakannya, dan kemudian mereka ingin membuat kue lagi dan memakannya juga,” tutur Ryan.

Editor : Aron
Sumber : kumparan