Badan Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) akan mengeluarkan peringatan baru terhadap vaksin COVID-19 Janssen atau Johnson & Johnson.

Peringatan itu terkait gangguan langka autoimun yang menyerang penerima vaksin Johnson & Johnson. Informasi tersebut dirilis media Washington Post yang mengutip dari sumber yang mengetahui persoalan tersebut.

Menurut laporan Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) yang dikeluarkan pada Senin (12/7/2021) sekitar 100 orang penerima vaksin Johnson & Johnson menderita sindrom Guillain-Barre.

Sindrom tersebut merupakan gangguan yang disebabkan sistem imun menyerang jaringan saraf, demikian dikutip dari Al-Jazeera.

Ratusan sindrom Guillain-Barre terdeteksi usai AS memberikan 12,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson kepada warganya.

Mayoritas kasus sindrom Guillain-Barre ditemukan pada warga berusia 50 tahun dan usia di atasnya. Biasanya gangguan tersebut didapat dua pekan usai divaksin.

Setiap tahunnya terdapat 3.000 sampai 6.000 penderita sindrom Guillain-Barre. Biasanya yang menderita sindrom tersebut akan terkena infeksi virus atau bakteri lainnya.

Sindrom Guillain-Barre pernah melonjak di AS pada 1970-an. Peristiwa itu berlangsung usai AS menggelar vaksinasi massal flu babi.

Peringatan terbaru yang akan dikeluarkan merupakan tamparan bagi Johnson & Johnson.

Tak seperti vaksin COVID-19 lain, Johnson & Johnson hanya membutuhkan satu dosis vaksin.

Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Dapat Picu Sindrom Guillain-Barre (2)

searchPerbesar
Food and Drug Administration/FDA. Foto: Jason Reed/Reuters

Pada April lalu CDC dan FDA sepakat untuk menghentikan sementara waktu pemakaian Johnson & Johnson. Saat itu, vaksin Johnson & Johnson tengah diinvestigasi atas munculnya kasus pembekuan darah terhadap beberapa penggunaannya.

Vaksin tersebut kembali digunakan usai kedua otoritas kesehatan AS menyatakan bahwa manfaat Johnson & Johnson melebihi risiko yang ditimbulkan.

Editor : Aron
Sumber : kumparan