Koalisi tandingan Israel resmi terbentuk. Tidak lama lagi pemerintahan Perdana MenteriIsrael, Benjamin Netanyahu, segera berakhir. Naftali Bennett menjadi calon penerus Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel.
Namun warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza mengatakan kedua pimpinan Israel itu tak ada bedanya. Menurut mereka, Bennett kemungkinan besar akan memiliki agenda sayap kanan yang sama dengan Netanyahu.
Perwakilan dari Organisasi Kemerdekaan Palestina (PLO), Bassem Al-Sahi, mengungkapkan Bennett tak akan lebih ekstrem daripada Netanyahu.
“Ia [Bennett] nantinya akan memastikan untuk menunjukkan seberapa ekstrem dirinya di pemerintahan,” ujar Bassem, seperti dikutip dari Reuters.
Pendapat yang sama juga diutarakan seorang pegawai negeri di Gaza bernama Ahmed Rezik.
“Tak ada perbedaan antara satu pemimpin Israel dengan yang lainnya. Mereka baik dan jahat terhadap bangsa mereka. Dan ketika terhadap kami [warga Palestina], mereka semua jahat, dan mereka semua menolak untuk memberikan hak-hak serta tanah warga Palestina,” ujar Rezik.
Milisi Hamas juga turut menyuarakan opininya. Mereka mengatakan tak ada bedanya soal siapa yang memerintah Israel.
“Warga Palestina telah melihat puluhan pemerintahan Israel sepanjang sejarah–kanan, kiri, tengah, bagaimana pun mereka menyebutnya. Tetapi seluruh pemerintahan tersebut selalu kejam ketika menyinggung hak-hak kami warga Palestina, dan mereka semua memiliki kebijakan perluasan wilayah yang keji,” tutur Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem.
Naftali Bennett, dalam pernyataan publiknya pada Kamis (3/6), menyalahkan Palestina atas konflik antara kedua negara.
“Kebenaran harus diungkapkan: Permasalahan nasional antara Israel dengan warga Palestina itu bukan atas wilayah. Warga Palestina tidak mengakui keberadaan kita di sini, dan tampaknya, ini akan menjadi masalah selama beberapa waktu ke depan,” ungkap Bennett kepada stasiun televisi Israel Channel 12.
Warga Palestina Keluhkan Pergantian PM Israel: Kedua Pemimpin Tak Ada Bedanya (1)
Warga Palestina melarikan diri dari rumah mereka saat konflik antara militer Israel dan militan Palestina berlanjut, di Jalur Gaza utara, Jumat (14/5). Foto: Suhaib Salem/REUTERS

Partai Arab-Israel, Pihak di Balik Suksesnya Koalisi Baru

Pergantian pemerintahan ini terwujud ketika Partai Arab-Israel memutuskan bergabung dengan koalisi yang dibentuk oleh oposisi Netanyahu, Yair Lapid dari Yesh Atid.
Ketua Ra’am (Partai Arab-Israel, United Arab List), Mansour Abbas, mengungkapkan persetujuan koalisi ini akan membawa hingga lebih dari Rp 233 triliun untuk memperbaiki infrastruktur serta melawan kekerasan yang terjadi di kota-kota Arab.
Koalisi pemerintahan kali ini adalah yang pertama kalinya melibatkan sebuah Partai Islam yang dipilih oleh anggota minoritas Arab di Israel. Mereka adalah orang keturunan Palestina yang berkewarganegaraan Israel.
Warga Palestina Keluhkan Pergantian PM Israel: Kedua Pemimpin Tak Ada Bedanya (2)
Politikus Muslim Israel, Mansour Abbas. Foto: ABIR SULTAN/POOL/AFP
Akibat keputusannya, Abbas dikritik habis-habisan oleh warga Palestina yang menyatakan bahwa Abbas berpihak pada musuh Palestina.
“Dia itu pengkhianat. Apa yang akan dia lakukan ketika parlemen memintanya untuk menyumbangkan suara atas peluncuran perang baru di Gaza?” tegas seorang warga di Gaza, Badri Karam.
“Apakah ia akan menerimanya, menjadi bagian dari pembunuhan warga Palestina?” lanjutnya.
Bennett dikenal sebagai tokoh yang bercita-cita untuk melakukan aneksasi Tepi Barat.
Tetapi, dalam pernyataan publiknya akhir-akhir ini, Bennett tampak menunjukkan keinginan untuk melanjutkan status quo Tepi Barat, ditambah dengan pelonggaran persyaratan bagi warga Palestina.
Editor : Aron
Sumber : kumparan