Peristiwa jantung kolaps saat berolahraga kerap terjadinya. Baru-baru ini, seorang pesepeda road bike berusia 62 tahun meninggal diduga serangan jantung di tengah uji coba JLNT (Jalan Layang Non Tol) Kampung Melayu-Tanah Abang (Casablanca).

Meski olahraga merupakan aktivitas bermanfaat untuk melatih fungsi jantung, olahraga juga bisa memicu terjadinya serangan jantung serta gangguan kardiovaskular lainnya jika dilakukan tidak terukur.

Oleh sebab itu, melakukan pemeriksaan kesehatan jantung secara berkala sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti serangan jantung saat sedang berolahraga.

Lalu, bagaimana cara membedakan tubuh yang hanya kelelahan karena olahraga dengan isyarat jantung mau kolaps?

Menurut dr BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP (K) dari Heartology Cardiovascular Center, terdapat sejumlah kondisi tertentu yang menjadi isyarat bahwa seseorang bukan hanya kelelahan saat berolahraga, tetapi juga menjadi pertanda jantung hampir kolaps.

“Jadi kalau kelelahan karena olahraga, ya, biasanya mencapai pada tahap-tahap tertentu. Kemudian dia tentu kalau istirahat pasti akan membaik, ya. Tetapi ada kondisi di mana kalau kita kecapean memang kan sebetulnya napas tuh kan menjadi cepat, kemudian kita berusaha mendapatkan udara yang lebih banyak,” jelas dr Ario dalam Zoom Media Gathering baru-baru ini.

Side view of a charming body positive women monitoring loss of calories on her sport watch while doing weight loss exercises in the morning in a sport park.Berbagai perangkat untuk memonitor heart rate atau denyut jantung bisa membantu mengurangi risiko serangan jatung saat olahraga. Foto: Getty Images/iStockphoto/Strelciuc Dumitru

Serangan jantung saat olahraga sendiri biasanya disebabkan karena jantung tidak bisa memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, aliran darah dan oksigen dalam tubuh menjadi terhambat.

Disebutkan oleh dr Ario, berikut sejumlah kondisi yang menandakan jantung mau kolaps dan harus diwaspadai saat berolahraga.

  • Sulit bernapas
  • Dada terasa berat
  • Tubuh terasa tidak membaik meski sudah beristirahat
  • Timbul keringat dingin
  • Irama jantung menjadi tidak normal
  • Pandangan kabur
  • Terasa ingin pingsan.

Selain itu, dr Ario juga menyebutkan durasi olahraga yang baik untuk menghindari terjadinya serangan jantung, yakni sekitar 30-40 menit dengan frekuensi 3-4 kali seminggu dengan intensitas sedang.

“Kita sarankan bahwa durasinya sekitar 30 menit sampai 40 menit dengan frekuensi 3-4 kali seminggu. Tentunya itu dengan intensitas yang sedang. Misalnya seperti jogging, berenang,” ujar dr Ario.

 Editor : Aron
Sumber : detikhealth