Biden berjanji akan menambah lagi sistem pertahanan udara Iron Dome untuk Israel ebih mahal ketimbang vaksin gratis dari pemerintah. Hal ini lantaran vaksin covid-19 mandiri itu berasal dari impor vaksin jadi.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan hal ini berbeda dengan vaksin gratis dari pemerintah, di mana vaksin tersebut diimpor dalam bentuk bahan baku. Begitu sampai di Indonesia, vaksin itu diolah sendiri oleh Bio Farma untuk menjadi vaksin jadi.

“Terkait perbedaan harga vaksin Gotong Royong dan vaksin pemerintah memang lebih mahal karena ini impor vaksin jadi, sementara vaksin pemerintah itu Sinovac yang sekarang kita produksi (sendiri), tentunya banyak sekali efisiensi yang bisa kita lakukan sehingga harganya jauh lebih murah,” jelas Honesti saat rapat bersama Komisi IX DPR di Gedung DPR/MPR, Kamis (20/5).

Kendati begitu, Honesti membantah bila perusahaan sengaja memasang harga berbeda untuk perusahaan yang terlibat dalam program vaksin Gotong Royong. Pasalnya, kewenangan penetapan harga ada di tangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Honesti menerangkan Bio Farma hanya mengajukan usulan harga berdasarkan struktur dan komponen penyusun harga vaksin. Misalnya, biaya pembelian vaksin, biaya transportasi, biaya penyimpanan vaksin, biaya pemeriksaan kualitas, dan lainnya.

“Ada banyak komponennya, lalu ini kami sampaikan ke BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kemudian di-review oleh BPKP, ini tidak hanya untuk vaksin Gotong Royong tapi untuk vaksin pemerintah pun sebelum ada penetapan harga dari Kemenkes, itu di- oleh BPKP, jadi selalu seperti itu,” jelasnya.

Setelah BPKP meninjau, selanjutnya lembaga tersebut mengajukan penetapan harga wajar tanpa margin ke Kemenkes. Lalu, kementerian meninjau dan memberikan tambahan margin keuntungan bagi perusahaan.

“Ini yang nanti jadi kewenangan di Kemenkes, di mana usulan dari BPKP ini plus margin, ini yang jadi keputusan harga final untuk vaksin,” terangnya.

Di sisi lain, Honesti mengatakan harga vaksin Gotong Royong sejatinya juga sudah disesuaikan dengan kemampuan pengusaha anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Hal ini merujuk pada hasil survei yang pernah diadakan Kadin dan dibagi datanya ke Bio Farma.

“80 persen dari korporasi, mereka mengatakan sanggup bayar antara Rp500 ribu sampai Rp1 juta untuk dua dosis. Jadi menurut kami, harga ini sudah jadi pertimbangan BPKP dan Kemenkes untuk memberi margin dengan harga yang wajar,” katanya.

Sebagai informasi, Kemenkes telah menetapkan harga vaksin Gotong Royong sebesar Rp321.660 per dosis. Sementara tarif maksimal layanannya sebesar Rp117.910 per dosis

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia