Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap proses identifikasi orang yang telah melakukan kontak dengan pasien Covid-19 masih menjadi kelemahan Indonesia dalam menangani pengendalian virus.

Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat memberikan pengarahan kepada kepala daerah se-Indonesia dalam sebuah video yang diunggah Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (19/5/2021).

“Tracing, ini hati-hati kalau ada satu orang yang positif dan itu harus dilacak betul dia kontak dengan orang lain dengan lebih dari 15 menit, dan jarak minimal 1 meter, berapa orang yang harus di cek betul,” kata Jokowi.

“Isolasi, karantina, ini kelemahan kita ada di sini. Ini kelemahan kita ada di sini,” jelasnya.

Jokowi sebelumnya memang memperingatkan kepada pemerintah daerah tentang meningkatnya indikator tingkat keterisian hotel akibat libur Lebaran beberapa waktu yang lalu.

Menurutnya, peningkatan okupansi hotel mungkin saja bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian, terutama di daerah. Namun, bisa saja hal ini memberikan sinyal yang tidak baik dalam pengendalian Covid-19.

“Hati-hati, dari sisi ekonomi baik, dari sisi Covidnya harus dikendalikan betul. Hati-hati protokol kesehatan,” katanya.

Jokowi mengatakan kenaikan okupansi hotel tidak hanya terjadi di satu daerah saja. Misalnya okupansi hotel di Kepulauan Riau yang naik dari 10% menjadi 80%, begitu juga dengan hotel di DKI Jakarta yang naik dari 36% ke 53%.

Jokowi lantas meminta para kepala daerah untuk bisa mengelola dan menanggapi data okupansi hotel ini dengan baik. Ia ingin para kepala daerah bisa memastikan manajemen hotel tetap ketat dan baik dalam mengendalikan penyebaran Covid-19.

“Kalau dua-duanya dikelola dengan baik, manajemen ketat, ya ini baik-baik saja megenai keterisian kamar hotel. Tapi kalau tidak bisa dikendalikan, hati-hati,” katanya.

Editor : Aron
Sumber : cnbcindonesia