Seorang kepala kepolisian dan anak buahnya di Kota Brooklyn Center di Minnesota, Amerika Serikat, mengundurkan diri dari jabatan setelah insiden penembakan yang memicu kematian seorang warga kulit hitam, Daunte Wright (20).

Informasi pengunduran diri dua polisi itu disampaikan Walikota Brooklyn Center, Mike Elliot.

Menurut Elliot, Kepala Kepolisian Brooklyn Center, Tim Gannon, dan opsir Kim Potter, sudah menyerahkan surat pengunduran diri dari jabatan mereka.

Elliot menyatakan mengangkat Tony Gruenig sebagai pelaksana tugas Kepala Kepolisian Brooklyn Center.

Potter adalah salah satu opsir polisi yang berada di lapangan ketika memberhentikan Wright dengan alasan melanggar aturan lalu lintas pada akhir pekan lalu. Menurut keterangan saksi, Wright dihentikan karena menggantung pengharum kabin mobil di kaca spion tengah.

Dalam rekaman video, rekan Potter meminta Wright keluar dari mobilnya. Potter lantas mencoba membantu rekannya yang akan memborgol Wright yang akan ditangkap karena kasus kejahatan lain.

Akan tetapi, saat itu Wright berontak dan mencoba kabur. readyviewed Potter lantas mencabut pistol dan menembakkannya ke arah Wright.

Wright kemudian melarikan mobil yang dikendarainya sejauh beberapa blok, dan kemudian menabrak kendaraan lain. Dia lantas ditemukan tewas di tempat.

Menurut paparan Gannon, Potter saat itu melakukan kekeliruan karena malah mencabut pistol dan bukan senjata kejut listrik (taser). Padahal saat kejadian, rekannya di lapangan meminta Potter menembakkan senjata kejut listrik untuk melumpuhkan Wright.

Kejadian itu memicu aksi unjuk rasa di Brooklyn dan Minnesota. Para pedemo dibakar amarah karena menduga Wright meninggal akibat kekerasan yang dilakukan polisi, dan mengingatkan mereka terhadap mendiang warga kulit hitam, George Floyd, yang mengalami hal serupa.

Demonstrasi itu berujung bentrokan dengan polisi. Elliot mengatakan dia juga memecat Sekretaris Daerah Brooklyn Center, Curt Boganey, karena tidak tanggap terhadap aksi unjuk rasa itu.

“Dewan Kota sangat menyoroti cara pemerintah daerah menangani demonstrasi. Mereka memutuskan mencari pejabat baru dan hal itu dinilai keputusan terbaik bagi pemerintah kota dan para penduduk di kota ini,” ujar Elliot.

Elliot sudah meminta aparat penegak hukum, khususnya jaksa, untuk menyelidiki kejadian itu. Namun, saat ini jaksa setempat masih fokus menangani persidangan mantan polisi Derek Chauvin yang menjadi terdakwa pembunuhan George Floyd.

Kematian Wright menambah daftar warga kulit hitam yang meninggal di negara bagian itu, selain Philando Castile pada 2016 dan Floyd pada tahun lalu.

Akan tetapi, keluarga mendiang Wright tetap tidak terima anak mereka meninggal karena kelalaian polisi.

“Saya tidak terima alasan itu, hanya kelalaian katanya. Saya masih merasa janggal,” kata ayah Wright, Aubrey Wright.

Apalagi menurut Wright, Potter yang merupakan seorang polisi wanita sudah mengabdikan diri selama 26 tahun. Menurut dia Potter sudah cukup berpengalaman dan bisa membedakan antara pistol dan senjata kejut listrik.

“Saya minta dia (Potter) mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi,” kata ibu mendiang Wright, Katie Wright.

Elliot menyatakan dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS, dia meyakini Potter seharusnya dipecat atas perbuatannya. Akan tetapi, Potter lebih memilih mengundurkan diri.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia