Di tengah pandemi covid-19, wacana pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka mengundang pro dan kontra dari para orangtua.

Muhammad Zainal, WASH (Water, Sanitation & Hygiene) Specialist UNICEF Indonesia mengatakan UNICEF sejalan dengan pemerintah dalam hal pembukaan kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka karena penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19 dalam jangka panjang akan berdampak negatif pada anak.

Ada beberapa dampak negatif yang disebut terjadi pada anak selama sekolah daring tanpa tatap muka. Di antaranya adalah meningkatnya risiko anak putus sekolah, kendala tumbuh kembang dan kualitas pembelajaran yang disebabkan adanya perbedaan akses pembelajaran jarak jauh, serta kesehatan mental dan psikososial karena minimnya interaksi anak dengan guru, teman dan dunia luar.

“Di samping itu, layanan pendidikan selama pandemi juga harus mempertimbangkan kondisi tumbuh kembang dan psikososial siswa,” imbuhnya.

Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah munculnya klaster sekolah. Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, sekitar 14 persen dari total kasus COVID-19 Indonesia berasal dari anak sekolah.

Sebelum praktik sekolah tatap muka benar-benar dilaksanakan, dokter spesialis kulit dan kelamin Fitria Agustina mengatakan anak-anak perlu mendapat edukasi soal protokol kesehatan sebelum kembali ke sekolah.

Hal sederhana yang perlu diajarkan adalah berusaha untuk tetap sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup dan olahraga.

“Kemudian hal simple yang harus diajarkan adalah jangan pernah buka masker di tempat umum, jangan pernah mau maskernya dipinjamnya ke temannya. Pinjam-meminjam suatu barang kalau buat anak kan itu hal yang happy,” kata Fitria.

Selain itu, anak juga harus diajarkan untuk tertib dan selalu menjaga kebersihan tubuh dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dan mandi setelah beraktivitas dari luar rumah.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia