Anda mungkin pernah merasakan sensasi rasa panas dari perut atas lalu menjalar ke dada. Rasanya seperti terbakar di area bagian dada.

Tahukah Anda bahwa gejala tersebut bisa diakibatkan dua sebab, yakni GERD atau serangan jantung. Lalu bagaimana membedakannya dan apa yang harus dilakukan jika mengalami?.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro Entero Hepatologi Mayapada Hospital Kuningan, dr. Suwito Indra, Sp.PD, KGEH menjelaskan, bahwa GERD atau Gastro Esophageal Reflux Disease merupakan kondisi di mana asam lambung naik ke esofagus atau kerongkongan yang disebabkan oleh banyak faktor.

“Kemudian faktor beberapa makanan atau minuman seperti makanan yang berlemak tinggi, kopi, merokok, atau obat obatan tertentu seperti obat batuk, obat pengurang rasa nyeri, atau obat tradisional tertentu,” kata Dr. Suwito.

Dr. Suwito lebih lanjut menerangkan, GERD biasanya menimbulkan keluhan berupa rasa panas seperti terbakar di bagian tengah dada, kadang menjalar ke leher, kadang disertai rasa mengganjal di tenggorokan, mulut terasa asam atau pahit. Gejala berupa panas menjalar di dada ini yang menyerupai gejala serangan jantung .

“Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya,” tambahnya.

GERD dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko mulai dari kegemukan, diabetes, gangguan fungsi ginjal, adanya cairan yang banyak di dalam rongga perut, stress, dan sebagainya. Untuk melihat adanya radang atau ada tidaknya kelainan pada otot lingkar esofagus yang mencegah refluk dari lambung dapat dilakukan pemeriksaan endoskopi.

Menurutu Dr. Suwito, dengan endoskopi ini, selain dapat menentukan adanya radang pada esofagus juga dapat melihat kelainan pada lambung dan usus dua belas jari. Dengan endoskopi juga dapat dilakukan biopsi mukosa (selaput lendir) esofagus, lambung dan usus dua belas jari untuk melihat kelainan jaringan pada organ-organ tersebut.

Penanganan GERD, lanjut Dr. Suwito, biasanya menggunakan obat pengendali keasaman lambung, meski tidak semua masalah GERD dapat diselesaikan hanya dengan minum obat penekan asam lambung saja.

“Perlu dievaluasi secara komprehensif kondisi yang menyebabkan keluhan GERD tersebut, juga dicari dan diatasi latar belakang permasalahannya,” ujarnya.

GERD Beda dengan Serangan Jantung

Sementara serangan jantung atau Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan suatu kondisi di mana pembuluh darah koroner tersumbat secara mendadak sehingga otot jantung tidak mendapat suplai oksigen, darah, dan makanan dari pembuluh darah koroner sehingga menimbulkan sensasi nyeri dada. Jika tidak segera medapatkan penanganan, maka dapat menyebabkan kerusakan otot jantung.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Mayapada Hospital Tangerang, Dr. Aron Husink, Sp.JP(K), FIHA menerangkan, sumbatan tersebut tidak terjadi begitu saja, namun akibat proses penimbunan lemak/plak pada dinding pembuluh darah koroner (aterosklerosis) yang terjadi selama bertahun-tahun.

“Semakin lama pembuluh darah semakin menyempit sampai akhirnya menimbulkan gejala,” ujar Dr. Aron.

Kondisi ini yang disebut penyakit jantung koroner. Tapi dalam perjalanannya, kata Dr. Aron, permukaan plak yang menyumbat pembuluh darah bisa tiba-tiba pecah dan bekuan darahnya menutup total pembuluh darah dengan cepat. Kondisi tersebut yang disebut serangan jantung.

“Ketika otot jantung mulai tersumbat, maka gejala yang akan timbul adalah sensasi nyeri dada yang khas seperti tertiban benda berat, rasa panas terbakar, rasanya di dalam bukan di permukaan dada, sensasinya luas dan dapat menjalar ke bahu kiri, lengan kiri, tidak jarang menjalar ke ulu hati dan kerongkongan sehingga memberikan sensasi seperti tercekik,” kata dia.

Kondisi tersebutlah yang membuat gejalanya mirip seperti gejala GERD. Namun, tambah Dr. Aron, ada gejala tambahan lain yang menyertai seperti keringat dingin, sesak nafas, berdebar-debar, hingga pingsan. Gejala ini dapat muncul kapan saja, baik saat atau sesudah aktifitas berat seperti berolahraga atau bahkan ketika beristirahat.

“Faktor risiko serangan jantung antara lain berusia lebih dari 40 tahun, laki-laki lebih berisiko dibanding wanita, merokok, memiliki kolesterol tinggi, diabetes, hipertensi, dan memiliki riwayat keluarga sedarah dengan serangan jantung di usia muda atau di bawah 50 tahun,” ucapnya.

Lebih jauh Dr. Aron menuturkan, jika terjadi serangan jantung maka pemeriksaan yang dilakukan adalah EKG/rekam jantung dan pemeriksaan enzim jantung yaitu troponin. Penanganan selanjutnya adalah tindakan membuka sumbatan pembuluh darah sesegera mungkin.

Menurut Dr. Aron, penelitian menyebutkan bahwa tindakan harus dilakukan di bawah 12 jam sejak gejala pertama kali dirasakan agar semakin besar manfaat dan tingkat keberhasilannya. Semakin lama tertunda, maka risiko kerusakan otot jantung akan semakin besar dan angka keberhasilan akan semakin menurun.

“Tindakan pemasangan balon dan ring/stent adalah yang paling efektif dengan tingkat keberhasilan tinggi untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah koroner dan mengembalikan aliran darah,” katanya.

Untuk mencegah serangan jantung, lanjut Dr. Aron, yakni perlu dilakukan deteksi dini jantung secara berkala atau medial check up. Pemeriksaan yang dilakukan berupa EKG/rekam jantung, treadmill test, dan pemeriksaan CT Scan jantung.

Selain itu, pencegahan lainnya tentunya dari pola hidup yaitu dengan menjalankan gaya hidup sehat untuk mengontrol faktor risiko, antara lain tidak merokok, pola makan sehat, dan aktif berolahraga secara teratur.

“Karenanya, bila merasakan keluhan panas menjalar dan nyeri di sekitar dada, jangan abaikan gejala tersebut dan segera periksakan kondisi Anda ke dokter untuk mencari sumber keluhan dan penanganan medis yang tepat,” tutup Dr. Aron.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia