Pemberontak Houthi di Yaman mengklaim serangan rudal di sebuah pabrik raksasa energi Arab Saudi, Aramco di kota Jeddah, Arab Saudi, di tengah peningkatan serangan lintas-perbatasan di kerajaan itu.

Belum ada konfirmasi langsung dari pihak Aramco maupun otoritas kerajaan mengenai serangan rudal pada Kamis (4/3/2021).

Seperti dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (4/3/2021), juru bicara Houthi, Yahya Saree di Twitter mengklaim kelompok pemberontak tersebut menghantam fasilitas Aramco di Jeddah dengan rudal Quds-2 pada Kamis (4/3) subuh waktu setempat, sebagai pembalasan atas kampanye militer enam tahun yang dipimpin oleh Arab Saudi di Yaman.

Kelompok pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran itu sebelumnya juga pernah menyerang fasilitas Aramco.

Pada November 2020 lalu, pemberontak Houthi menghantam pabrik Aramco di Jeddah dengan rudal Quds-2, menyebabkan sebuah tangki minyak berlubang dan memicu ledakan dan kebakaran.

Klaim terbaru pemberontak Houthi muncul setelah Amerika Serikat pada Selasa menjatuhkan sanksi terhadap dua komandan Houthi, menyalahkan mereka atas kematian warga sipil dan mengecam hubungan mereka dengan Iran.

Pemberontak Houthi telah meningkatkan serangan ke kerajaan Saudi dalam beberapa pekan terakhir, sementara Houthi meningkatkan serangan untuk merebut benteng terakhir milik pemerintah Yaman di Marib yang didukung Saudi.

Sebelumnya pada hari Sabtu (27/2) waktu setempat, ledakan keras mengguncang ibu kota Riyadh ketika koalisi yang dipimpin Saudi mengatakan telah menggagalkan serangan rudal Houthi, yang menimbulkan pecahan peluru yang menghujani rumah-rumah warga sipil.

Tidak ada korban yang dilaporkan tetapi setidaknya satu rumah warga sipil rusak, kata televisi pemerintah Saudi, Al-Ekhbariya.

Secara terpisah, koalisi Saudi mengatakan pihaknya juga mencegat enam drone Houthi yang menargetkan kerajaan itu pada Sabtu (27/2), termasuk kota Khamis Mushait dan Jizan.

Houthi mengklaim serangan rudal dan drone tersebut dan mengancam akan melancarkan lebih banyak serangan di Saudi.

Perang saudara di Yaman yang berlangsung selama enam tahun telah merenggut puluhan ribu nyawa. Konflik ini juga telah menyebabkan jutaan orang mengungsi, memicu apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

 

Editor : Parna

Sumber : detiknews