Satgas Waspada Investasi (SWI) mencatat kerugian yang diakibatkan investasi bodong alias ilegal mencapai Rp 114,9 triliun dalam 10 tahun terakhir.

Bukan hal yang aneh mengapa kerugian yang diakibatkan bisa begitu fantastis. Sebab, investasi ilegal semakin marak dan berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat.

“Jadi, ilegal ini sangat menarik saat ini, kegiatan-kegiatan ilegal ini marak. Kalau kita lihat kerugian 10 tahun terakhir akibat investasi ilegal mencapai Rp 114,9 triliun,” kata Ketua SWI Tongam L Tobing dalam diskusi virtual, kemarin Jumat (26/2/2021).

Angka kerugian tersebut baru berasal dari korban-korban investasi bodong yang melapor, sementara tak sedikit masyarakat yang bungkam dan tidak mengadukannya ke pihak berwenang.

Tongam mengatakan jumlah investasi bodong, peer to peer lending ilegal, kemudian pegadaian ilegal ditaksir mencapai ribuan. Untuk itu dia meminta masyarakat waspada.

“Apa yang kita bisa pelajari dari data ini adalah perlunya kewaspadaan masyarakat agar tetap menjaga dan tidak mudah tergiur dengan penawaran-penawaran investasi ilegal ini,” tambahnya.

Apa yang membuat banyak orang kepincut investasi bodong? penjelasannya di halaman selanjutnya.

Tongam mengungkapkan empat hal yang menyebabkan investasi bodong tumbuh subur dan tak hentinya memakan korban. Pertama adalah masih rendahnya tingkat literasi masyarakat.

“Masyarakat kita perlu kita didik, edukasi untuk mengenal produk-produk keuangan, produk-produk investasi secara baik sehingga mereka bisa mengetahui mana yang bisa diikuti, mana penipuan, mana yang benar,” kata dia.

Lalu yang kedua, masyarakat sangat mudah tergiur dengan tawaran keuntungan besar tanpa harus repot-repot berusaha. “Kemudian yang ketiga adalah memang ada kesulitan ekonomi di beberapa masyarakat kita,” sebutnya.

Bahkan, mereka yang kesulitan ekonomi tak ragu meminjam uang untuk menjajal investasi yang sebenarnya ilegal. Niat hati mendapatkan keuntungan, yang ada malah apes karena tahunya kena tipu.

“Nah, sudah nggak punya uang minjam lagi dan akhirnya ketipu. Nah, ini sangat-sangat parah,” jelas Tongam.

Kemudian faktor keempat mengapa banyak yang terjebak dengan investasi bodong lantaran melihat testimoni anggota yang sudah bergabung lebih dulu. Testimoninya tentu saja menggiurkan demi menjerat anggota baru. Sebab, mereka bisa untung kalau ada member baru.

“Jadi mudah terpengaruh terhadap testimoni yang justru itu semu sebenarnya. Orang-orang yang testimoni itu adalah yang menginginkan orang lain untuk terjebak juga sebenarnya kalau bisa kita katakan,” tambahnya.

 

Editor : Parna

Sumber : detiknews