Indonesia menerima konfirmasi indikasi tahap awal vaksin AstraZeneca buatan Inggris-Oxford dari mekanisme Covax Facility. Berdasarkan surat dari GAVI, Indonesia akan menerima 13,7 juta hingga 23,1 juta dosis vaksin AstraZeneca yang dikirim melalui 2 tahap.
COVAX adalah kolaborasi global untuk mempercepat pengembangan, produksi, tes, pengobatan, dan vaksin COVID-19. COVAX AMC merupakan mekanisme pengadaan dan akses vaksin bagi 92 negara dan ekonomi berpenghasilan rendah dan menengah di bawah WHO.
Distribusi dilakukan setelah vaksin AstraZeneca mendapatkan WHO EUL (Emergency Use Listing). Juga, telah mendapatkan validasi dari kelompok Independent Allocation of Vaccines Task Force (AIVG) dan ketersediaan suplai dari manufaktur sesuai perkiraan awal.
RI Bakal Terima 13,7 Juta hingga 23 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca dari COVAX  (1)
Menlu RI Retno Marsudi saat memimpin pertemuan COVAX-AMC Engagement Group yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (27/1). Foto: Kemlu RI
“Semalam kita mendapatkan konfirmasi bahwa Indonesia akan mendapatkan indikasi alokasi vaksin dari trek multilateral. Jumlahnya antara –ini awal, ya, karena akan ada beberapa tahap. Jumlahnya adalah antara 13,7 juta sampai 23 juta, dan ini vaksin yang akan diterima Indonesia adalah dari Astrazeneca,” ujar Retno dalam acara Live Instagram #FourTheFuture kumparan, Minggu (31/1).
Jika melansir situs Kemlu RI, pengiriman vaksin akan dibagi 25-35% pada kuartal I, dan 65-75% dari alokasi awal pada kuartal II. Retno pun mengungkap alasan pengiriman dibagi menjadi dua tahap.
“Kenapa tidak langsung saja? Karena ini vaksin kan baru selesai masa uji klinis, sehingga produksinya masih terbatas. Dari keterbatasan itu kemudian harus dihimpun dan harus dibagi,” tuturnya.
“Oleh karena itu, di titik ini, bahwasanya WHO, GAVI, CEPI, melalui COVAX facility sudah dapat memberikan konfirmasi informasi indikasi alokasi untuk Indonesia merupakan capaian yang luar biasa, karena jalur yang kita pakai kali ini adalah jalur multilateral untuk memastikan sekali lagi kesetaraan akses vaksin ke semua negara,” tuturnya.
Retno menyebut, Indonesia membutuhkan proses panjang untuk ikut bersama COVAX Facility. Melalui COVAX, negara-negara miskin dan berkembang memiliki harapan untuk mendapatkan vaksin dengan hak yang sama.
RI Bakal Terima 13,7 Juta hingga 23 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca dari COVAX  (2)
Uji klinis vaksin AstraZeneca. Foto: Dok. Universitas Oxford
“Dari data saya, sudah ada 65 negara yang [menjalani] vaksinasi, tapi di antara itu, baru dua negara di Afrika yang baru divaksinasi. Oleh karena itu, kita harus bekerja sama. Negara-negara berkembang dan kurang berkembang menyiapkan infrastrukturnya,” kata Retno.
“Kemudian, kita juga perlu bantuan dengan negara-negara donor, multilateral development banks, philanthropist, jadi kalau di Indonesia itu ada kata yang bagus banget, gotong-royong. Karena kalau engga gotong-royong, enggak akan kuat menyangganya,” kata Retno.
No one is safe until everyone is. Jadi kita tidak akan bisa beranjak lepas dari pandemi kalau semua negara belum mendapat menangani virus ini di negara masing-masing.
Retno Marsudi
RI Bakal Terima 13,7 Juta hingga 23 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca dari COVAX  (3)
Ilustrasi vaksin AstraZeneca. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Per 30 Januari, Retno telah berbicara dengan CEO GAVI, Seth Berkley, untuk membahas berbagai isu vaksin multilateral, termasuk kekhawatiran berkembangnya vaksin nasionalisme. Jika hal ini terus terjadi, dikhawatirkan akan berdampak pada upaya dunia melakukan kerja sama melalui jalur multilateralisme.
Isu alokasi vaksin juga dibahas dalam pertemuan COVAX-AMC Engagement Group yang dipimpin oleh Retno Marsudi, Menteri Kesehatan Ethiopia dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada pada 27 Januari 2021.
Proses diperolehnya vaksin multilateral melalui COVAX Facilities ini dimulai sejak penyampaian joint letter Menlu dan Menkes kepada CEO GAVI berupa Expression of interest/EoI bergabungnya indonesia di dalam Covax AMC92. EoI secara langsung disampaikan pada kunjungan Retno dan MenBUMN Erick Thohir ke Jenewa, Oktober 2020.
Proses ini terus dikawal melalui kerja sama dan kolaborasi berbagai instansi di Indonesia yaitu Kemkes, Kemen BUMN; Kemkeu, BPOM dan Kemlu.
Editor : Parna
Sumber : kumparan