Salah satu tindakan untuk menekan penyebaran virus corona adalah dengan melakukan tracing atau pelacakan kontak pasien positif. Untuk membantu melakukan tracing, ada teknologi canggih bernama BluePass yang kini akan diuji coba di Indonesia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan uji coba BluePass kepada para pegawainya untuk melakukan pelacakan COVID-19. Alat BluePass ini dipinjamkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Singapura kepada BNPB.
“Januari kita kirim 520 unit ke BNPB untuk uji coba. Singapura sangat terbuka untuk kerja sama. Bulan depan, mudah-mudahan bisa dievaluasi dan disiapkan aturan kebijakan kalau mau diterapkan di beberapa daerah,” kata Duta Besar RI untuk Singapura, Suryopratomo, Jumat (29/1).
Dubes yang sering disapa Tommy ini, menambahkan, kini BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) sudah melakukan assessment untuk teknologi BluePass. Setelah BPPT menilai teknologinya dapat diandalkan, maka bisa langsung diuji coba.
Mengenal BluePass, Alat Tracing COVID-19 Canggih yang Uji Coba di Indonesia (1)
Alat pelacak COVID-19, BluePass. Foto: Screenshot YouTube Ministry of Manpower Singapore
BluePass sendiri sudah digunakan di Singapura untuk melakukan pelacakan kontak dari pasien positif COVID-19 selama pandemi corona. Dari alat ini petugas kesehatan bisa mengetahui siapa saja yang sudah melakukan kontak dengan pasien positif, sehingga dapat melakukan pencegahan penyebaran yang lebih masif.
Alat BluePass ini dikembangkan oleh D’Crypt, perusahaan teknologi yang didanai Temasek Holdings. BluePass dibuat dengan teknologi Bluetooth Low Energy (BLE) yang dianggap cocok untuk pelacakan kontak. Selain aman digunakan, teknologi BLE ini hemat energi dan membuat baterai BluePass dapat bertahan 12 bulan.
BluePass memiliki dimensi yang tidak terlalu besar dan dapat dimasukkan ke saku celana atau ditempel di tas, seperti gantungan kunci. Bobotnya ringan, tahan air dan diklaim tidak mudah rusak, serta tidak perlu perawatan yang berat.
Mengenal BluePass, Alat Tracing COVID-19 Canggih yang Uji Coba di Indonesia (2)
Alat pelacak COVID-19, BluePass. Foto: Screenshot YouTube Ministry of Manpower Singapore
BluePass bekerja secara otomatis mendeteksi perangkat yang digunakan pengguna lain dalam jarak sekitar 3 meter. Dengan kurun waktu sekitar 10 menit, BluePass yang saling berdekatan akan bertukar data dan menggolongkannya sebagai kontak erat.
Alat ini bekerja tanpa GPS, sehingga tidak akan melacak keberadaan pengguna. Selain itu, data yang dihimpun berupa identitas pengguna juga dienkripsi untuk keamanan dan hanya bisa diakses, jika pengguna positif dan digunakan hanya untuk contact tracing.
Tetapi tidak seperti aplikasi PeduliLindungi, BluePass tidak mengharuskan pengguna memiliki aplikasi khusus di ponsel mereka. BluePass bisa langsung digunakan oleh pengguna secara otomatis, setelah dikonfigurasi oleh petugas saat pemakaian pertama. Konfigurasi ini untuk memasukkan identitas pengguna ke dalam perangkat BluePass.
Selain BluePass, D’Crypt juga memiliki BlueGate yang punya fungsi sama, namun dengan teknologi yang lebih tinggi. Alat BlueGate dapat mengirimkan data secara langsung ke server melalui koneksi Wi-Fi dan mampu melakukan pelacakan kontak secara real-time.
Selain itu, BlueGate dapat menjangkau alat BluePass dalam radius 5 meter. Alat ini juga perlu terhubung dengan ponsel pengguna, sehingga bisa mengirimkan alarm, jika memasuki zona merah dengan tingkat penyebaran virus corona yang tinggi.
Editor : Parna
Sumber : kumparan