China melaporkan kematian pasien COVID-19 pada Kamis (14/1/2021), pertama dalam delapan bulan, ketika negara itu berjuang untuk menahan lonjakan kasus Corona.

Dikutip dari Channel News Asia, tidak ada rincian yang diberikan Komisi Kesehatan Nasional China terkait kematian baru pasien COVID-19, kecuali kasusnya terjadi di Hebei, di mana pemerintah telah melakukan sejumlah langkah-langkah penguncian di wilayah itu.

China mengatakan telah mengendalikan virus Corona dengan penguncian ketat, tes massal dan pembatasan perjalanan. Namun dalam beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan kasus khususnya di wilayah Utara.

Komisi Nasional Kesehatan China melaporkan 134 kasus baru, 124 di antaranya adalah infeksi lokal. Sebanyak 81 kasus dilaporkan di provinsi Hebei di sekitar Beijing dan 43 di provinsi Heilongjiang timur laut.

Pekan lalu, pihak berwenang meluncurkan uji coba massal dan menutup jaringan transportasi, sekolah, dan toko di ibu kota Hebei, Shijiazhuang – pusat wabah baru di China.

Sementara itu Provinsi Heilongjiang mengumumkan “keadaan darurat” pada hari Rabu (13/1/2021), meminta 37 juta penduduknya untuk tidak meninggalkan provinsi kecuali benar-benar diperlukan.

Gelombang baru infeksi terjadi menjelang liburan Tahun Baru Imlek bulan depan, ketika ratusan juta orang biasanya melakukan perjalanan ke kota asal mereka.

Lonjakan COVID-19 telah membuat beberapa provinsi untuk membatasi perjalanan, yang dapat menyebabkan berkurangnya perjalanan dan mengurangi konsumsi selama istirahat panjang.

Editor : Aron
Sumber : detik