Pemerintah tengah membidik ekspor produk makanan dan minuman (mamin) buatan UMKM ke kawasan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Pasalnya, potensi pasar di Jazirah Arab itu cukup menggiurkan.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut pasar penjualan mamin senilai US$6,6 juta yang berasal dari penjualan kepada jemaah umrah dan haji setiap tahunnya.

Oleh karena itu, pihaknya bersama dengan Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Agama, serta Kadin Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) guna mendorong ekspor ke Arab Saudi.

“Jadi kami bisa melihat ada market kira-kira jumlahnya 2 juta orang yang setiap tahunnya akan pergi ke Tanah Suci, mereka memerlukan asupan (makanan) dan kangen terhadap makanan dan produk Indonesia,” ujarnya pada konferensi pers daring, Rabu (13/1).

Dia berharap didorongnya produk-produk pilihan ini akan membawa lebih banyak produk-produk UMKM ke pasar regional maupun internasional. Lutfi mencontohkan mie instan Indomie yang saat ini telah menguasai pasar Timur Tengah.

Awalnya, Indomie hanya ekspor satu jenis rasa saja, namun karena kesuksesannya, ia mencatat setidaknya Indomie telah mengekspor 16 varian rasa ke Timur Tengah.

Dalam kesempatan sama, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut untuk tahap pertama pemerintah akan membantu ekspor lima produk ke negara tujuan, yaitu sambal, kecap, teh, kopi, dan gula.

Setiap tahunnya, Indonesia mengirim sebanyak 221 ribu jemaah haji dan sekitar 1 juta jemaah umrah ke Arab Saudi. Artinya, sambung Teten, terdapat potensi yang cukup besar untuk mengekspor mamin khas Indonesia.

Teten menyebut pihaknya juga turut membidik pasar ekspatriat dan TKI yang rindu akan cita rasa Indonesia. Misalnya, memasok kebutuhan sehari-hari perantau di Hong Kong dan Taiwan.

“Ini potensi yang cukup besar dan bisa menjadi entry point kita untuk masuk ke pasar luar negeri dari produk-produk UMKM terutama produk kuliner,” jelas Teten.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia