Kabar insiden Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1), mengejutkan banyak orang dan terjadi di awal 2021. Insiden itu melibatkan pesawat Boeing 737-524 yang sudah tidak banyak digunakan lagi saat ini.

Boeing 737-524 merupakan pesawat generasi kedua dari Boeing 737-100/-200 dan dibuat oleh Boeing Commercial Airplanes. Pesawat ini pertama kali dikembangkan pada 1979 dan baru diterbangkan pada 1984 silam serta merupakan kategori pesawat klasik 737.

Pesawat ini juga mampu membawa penumpang dengan jumlah 120 orang menurut Sky Team Virtual, dengan mesin yang telah dirancang sehingga 25 persen lebih efisien bahan bakar dibandingkan dengan pesawat Boeing 737-200.

Dilansir berbagai sumber, seri Boeing 737-500 merupakan pengganti dari seri 737-200. Meskipun pesawat jenis ini lebih kecil dibanding seri 300 dan 400, tetapi kapasitas penumpangnya lebih besar.

Boeing 737-500 pertama kali digunakan oleh maskapai Southwest Airlines asal Amerika Serikat dan terbang pertama kali pada 30 Juni 1989.

Pesawat ini banyak digunakan oleh maskapai lainnya di seluruh dunia seperti Nordavia, Rossiya Airlines, S7 Airlines, Sky Express, Transaero, UTair, Yamail Airlines, termasuk Sriwijaya Air.

Namun kini jenis pesawat Boeing 737-500 sudah tak banyak digunakan lagi. Southwest Airlines menggunakan pesawat ini terakhir kali pada 2016, meskipun masih ada maskapai lain yang tetap memakai pesawat ini sampai sekarang.

Boeing sendiri telah melakukan penghentian produksi jenis ini secara berkala dimulai 2012. Seri pesawat Boeing 737-500 mesti menghadapi masa pensiun dini karena ukuran pesawatnya lebih kecil.

Riwayat Kecelakaan Boeing 737-524

Dikutip Antara, selain merenggut Sriwijaya SJ 182, Boeing 737-500 telah terlibat dalam empat kecelakaan pesawat yaitu di Rusia, Tunisia, dan Mesir.

Berikut laporan singkat kecelakaan seri pesawat Boeing 737-500 di berbagai negara:

1. Denmark tahun 1999

Pada 3 Desember 1999, Boeing 737-500 yang dioperasikan Maersk Air untuk penerbangan dari Birmingham-Copenhagen terpaksa dialihkan ke rute Billund karena kondisi cuaca yang buruk serta bahan bakar cadangan terakhir pada saat itu.

2. Mesir dan Tunisia tahun 2002

EgyptAir dengan nomor penerbangan 843 yang lepas landas dari Bandara Internasional Kairo tanggal 7 Mei 2002 menabrak sebuah bukit dekat Bandara Tunis-Carthage.

Pada insiden tersebut, dari enam awak kapal dan 56 penumpang, tiga awak dan 11 penumpang merenggut nyawa sehingga total korban tewas yaitu 14 orang.

3. Jepang tahun 2006

Tanggal 5 Juli 2006, Boeing 737-500 yang dioperasikan All Nippon Airways lepas landas dari Bandara Fukuoka dan mesti melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Chubu.

Hal itu disebabkan, pada pukul 08:10 waktu setempat, sinyal peringatan depressurization kabin aktif saat terbang pada ketinggian 37 ribu kaki sekitar 60 nm tenggara Kushimoto VORTAC.

4. Nigeria tahun 2010

Pada 24 Agustus 2010, pesawat Boeing 737-500 melakukan pendaratan tak terkendali di landasan pacu Bandara Jos Nigeria.

Alasan pendaratan tak terkendali disebabkan oleh kerusakan substansial yang terjadi pada pesawat dan tidak merenggut nyawa para penumpangnya.

Infografis Fakta-fakta Sriwijaya Air JatuhInfografis Fakta-fakta Sriwijaya Air Jatuh. (CNN Indonesia/Fajrian)

5. Ceko tahun 2012

Pada 7 September 2012, kru Air France Airbus A319 gagal mematuhi instruksi pendaratan kemudian bentrok dengan B735 yang juga ingin mendarat.

6. Rusia tahun 2013

B735 gagal mendarat pada 17 November 2013 dengan mulus setelah kru tidak menyadari adanya peringatan mendadak.

7. Spanyol tahun 2019

Pada 5 April 2019, pesawat mengalami keadaan darurat usai lepas landas dari Bandara Madrid Barajas.

Kejadian itu terjadi setelah ada masalah pengontrol ketinggian vertikal pesawat dan mesti mendarat darurat di pangkalan militer.

Setelah dilakukan investigasi mendalam, ada malfungsi yang kemungkinan membuat pilot tidak bisa menjalankan autopilot yang tidak tercatat sebelum terbang.

8. Rusia tahun 2020

Insiden kecelakaan pesawat lainnya yaitu sempat dialami oleh Rusia Utair yang mengangkut 94 penumpang dan kru mengalami insiden saat mendarat di Bandara Usinsk di wilayah Komi, Rusia pada 9 Februari 2020.

Penyebabnya karena roda pendaratan rusak sehingga bagian ekor pesawat lebih dulu menyentuh landasan pacu disusul bagian badan.

 

Editor : Parna

Sumber : cnnidonesia