Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas hari Senin (21/12) memperingatkan Iran bahwa “peluang yang sekarang ditawarkan adalah jendela kesempatan terakhir,” dan sebabnya “tidak boleh disia-siakan.” Dia mengatakan bahwa dalam beberapa minggu dan bulan mendatang Kesepakatan Nuklir Iran yang dicapai tahun 2015, yang secara resmi dinamakan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), akan ditentukan nasibnya.

Berbicara setelah konferensi video jarak jauh dengan perwakilan tingkat tinggi dari negara-negara penandatangan Kesepakatan Atom Iran, Heiko Maas mengatakan “kampanye tekanan maksimum” AS dan kekerasan hati Iran telah mendorong pembicaraan menjadi “spiral ke bawah.”

Pernyataan bersama yang dikeluarkan usai pembicaraan itu, yang melibatkan Menlu Jerman, Cina, Rusia dan Inggris menyatakan keinginan mereka untuk melihat perjanjian itu ditegakkan lagi, dan menyambut prospek kembalinya AS dalam proses itu di bawah Presiden terpilih, Joe Biden, sebagai “perkembangan positif”.

Selamatkan Kesepakatan Atom perlu “tindakan, bukan kata-kata”

Kepada Iran, Heiko Maas mengatakan: “Untuk memungkinkan pemulihan hubungan di bawah (presiden terpilih) Biden, tidak boleh ada lagi manuver taktis seperti yang sering kita lihat belakangan ini – karena hal itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain semakin merusak perjanjian… Kami dari Eropa lebih jauh menggarisbawahi fakta bahwa dibutuhkan lebih dari sekedar kata-kata dan pernyataan.”

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menambahkan: “Saya telah menegaskan dengan sangat jelas bahwa Iran tidak boleh melaksanakan perluasan program nuklirnya yang baru-baru ini diumumkan. Melakukannya akan merusak peluang kemajuan yang kami harap dapat terlihat pada tahun 2021.”

Sesuai perjanjian, Iran mengizinkan pengawas dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memantau situs nuklirnya, dan memenuhi beberapa kewajibannya yang lain. Tapi sejak hengkangnya AS, Teheran secara perlahan mulai meningkatkan pengayaan uranium melampaui batas yang disepakati.

Joe Biden bawa angin baru?

Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS dari Kesepakatan Atom Iran tahun 2018, dan mengecamnya sebagai “kesepakatan terburuk dalam sejarah.” Pemerintah AS lalu memberlakukan kembali sanksi berat terhadap Iran dan mengancam siapa pun yang melakukan bisnis dengan Iran setelah AS menarik diri dari perjanjian tersebut akan mendapat sanksi.

Bulan lalu, Iran mengeluarkan undang-undang yang mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk program pengayaan uranium, serta membatasi akses inspektur IAEA ke fasilitas nuklir Iran.

Ketika Kesepakatan Atom Iran ditandatangani tahun 2015, Joe Biden menjabat sebagai Wakil Presiden AS dan melakukan pertemuan langsung dengan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani.

Editor : Aron
Sumber : detik