Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket menilai banyak peluang yang belum dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia sebagai pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Salah satunya dalam hal menarik investasi.

“Kami melakukan banyak sekali investasi di Asean, tapi hanya 11 persen total investasi tahunan di ASEAN yang masuk ke Indonesia,” ujarnya dalam IEU-CEPA Virtual Roadshow to Maluku, Senin (14/12).

Selain investasi, perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa juga tak terlalu besar baik dari sisi volume maupun nilainya jika dibandingkan negara tetangga di ASEAN.

“Secara sederhana, kami justru melakukan perdagangan lebih banyak dengan singapura Malaysia Thailand dan Vietnam,” terang Vincent.

Padahal, Uni Eropa merupakan negara tujuan dagang terbesar ke-3 bagi Indonesia. “Indonesia memang merupakan ekonomi terbesar di ASEAN namun belum menjadi mitra dagang terbesar Uni Eropa,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, pemerintah Provinsi Maluku menawarkan kesempatan investasi untuk Uni Eropa pada sektor kelistrikan dan telekomunikasi di bawah kerangka Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (I-EU CEPA).

Gubernur Maluku Murad Ismail memaparkan kebutuhan investasi tersebut sangat besar karena daerahnya tengah berada di tengah upaya peningkatan akses listrik dan saluran komunikasi bagi seluruh penduduk.

“Kami menawarkan kepada investor Uni Eropa untuk membaca peluang investasi di bidang kelistrikan di Maluku, ” tuturnya.

Menurutnya dalam hal kelistrikan, 80 persen dari jumlah pulau berpenghuni di Maluku sudah dialiri listrik. Kendati demikian, baru 65 persen terlayani selama 24 jam per hari.

Sementara di sektor telekomunikasi, kata Murad, sejauh ini baru sekitar 55 persen dari jumlah desa di Maluku yang sudah mempunyai jaringan telekomunikasi.

Dengan angka itu, pemerintah juga mengupayakan semua wilayah dapat mempunyai akses jaringan telekomunikasi pada 2021.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia