Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas kematian seorang jurnalis televisi perempuan di Afghanistan. Jurnalis tersebut juga dikenal sebagai aktivis hak perempuan.

Seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Jumat (11/12/2020), Malala Maiwand yang merupakan presenter untuk radio dan televisi Enikas di Provinsi Nangarhar, tewas ditembak bersama sopirnya dalam serangan bersenjata di Jalalabad. Kendaraan yang ditumpanginya diberondong tembakan oleh dua pria bersenjata.

Juru bicara Gubernur Nangarhar, Attaullah Khogyani, menyebut Maiwand sedang dalam perjalanan ke kantornya saat serangan terjadi pada Kamis (10/12) waktu pagi setempat. Dua pelaku serangan telah ditangkap polisi dan mereka telah mengakui kejahatannya.

Kelompok Intelijen SITE, yang melacak pesan online militer, menyatakan bahwa ISIS merilis pernyataan yang mengklaim bertanggung jawab dalam sebuah ‘komunike’ yang diposting di internet. Dalam pernyataannya, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas penembakan Maiwand hingga tewas.

Dilaporkan juga bahwa ISIS menyebut Maiwand sebagai jurnalis ‘pro-rezim’.

Provinsi Nangarhar merupakan lokasi kemunculan pertama dari kelompok afiliasi ISIS di Afghanistan sekitar 5 tahun lalu dan saat ini diyakini menjadi markas ISIS.

Diketahui bahwa ISIS mengklaim sebagian besar serangan terhadap warga sipil di Afghanistan beberapa waktu terakhir. Taliban, yang juga beroperasi di kawasan itu, sedang menggelar perundingan damai dengan perwakilan pemerintah Afghanistan, yang berlangsung di Qatar.

Selain bekerja sebagai presenter televisi dan radio, Maiwand yang berusia 25 tahun ini juga seorang aktivis yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan anak-anak di Afghanistan.

Maiwand bukan orang pertama dalam keluarganya yang menjadi target serangan. Lima tahun lalu, ibundanya yang juga seorang aktivis, tewas dibunuh sekelompok pria bersenjata.

“Dengan pembunuhan Malala, lapangan kerja untuk jurnalis perempuan semakin kecil dan jurnalis mungkin tidak berani melanjutkan pekerjaan mereka seperti yang mereka lakukan sebelumnya,” sebut kelompok advokasi media Afghanistan, Nai, dalam pernyataannya.

Sepanjang tahun ini, sedikitnya 10 jurnalis dan pekerja media tewas dibunuh di Afghanistan. Bulan lalu, seorang jurnalis Radio Azadi, Elyas Dayee, tewas dalam ledakan bom di Provinsi Helmand dan seorang mantan presenter TOLOnews, Yama Siawash, tewas dalam ledakan serupa di Kabul.

Editor : Aron
Sumber : detik