Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat dijuluki raja utang. Sebab di masa pandemi COVID-19 tahun ini jumlah beban utang nasional AS meningkat begitu tinggi.

Beban utang nasional AS saat ini sudah mencapai lebih dari US$ 27 triliun atau setara Rp 378 kuadriliun. Angka yang teramat tinggi bagi tingkat beban utang nasional.

Meski begitu ada prediksi bahwa pemerintah AS di bawah Joe Biden akan terus melakukan penambahan utang dan fokus pada pengeluaran lebih banyak untuk stimulus di tengah krisis pandemi virus corona.

Kabar baiknya biaya utang tetap murah. Imbal hasil obligasi Treasury AS 10-tahun saat ini hanya 0,94%. Meski secara signifikan dari posisi terendah 0,39% pada bulan Maret ketika pandemi pertama kali membuat ekonomi Amerika Serikat terhenti, angka itu masih sangat rendah menurut standar historis.

“Dorongan agresif untuk lebih banyak belanja infrastruktur adalah yang diharapkan. Dengan tingkat suku bunga sekarang, beban utang menjadi rendah,” kata Joe Duran, kepala Manajemen Keuangan Pribadi Goldman Sachs, dalam sebuah wawancara dengan CNN Business.

Beberapa pihak mengharapkan lonjakan besar dalam imbal hasil obligasi jangka panjang dalam waktu dekat. Federal Reserve kemungkinan akan mempertahankan suku bunga mendekati nol selama beberapa tahun lagi.

Dengan suku bunga yang rendah, permintaan terhadap obligasi Treasury AS harus didorong agar tidak diborong oleh investor asing, terutama bank sentral Jepang dan China.

Menurut data Departemen Keuangan AS, Jepang tercatat telah memegang hampir US$ 1,3 triliun obligasi pemerintah AS pada September, sementara China memiliki hampir US$ 1,1 triliun.

“Pemilik modal asing kemungkinan akan terus tumbuh dalam beberapa dekade mendatang, menjaga suku bunga rendah dan melindungi ekonomi domestik dari konsekuensi buruk dari pertumbuhan utang pemerintah,” kata Jorge Barro, dari Institut Kebijakan Publik Baker University, dalam laporan terbarunya.

Barro mencatat bahwa populasi AS yang semakin banyak usia tua juga menjadi pertanda baik bagi obligasi. Pensiunan lebih cenderung untuk terus membeli Treasury untuk menjaga portofolionya.

Itulah alasan lain mengapa para politisi tidak perlu terlalu khawatir tentang penambahan beban utang negara. Tidak mungkin pembayaran bunga akan naik secara dramatis dalam waktu dekat.

 

Editor : Parna

Sumber : detikbisnis