Anggota Komisi Pemangku Kepentingan dan Konsultasi Publik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Ali Mochtar Ngabalin menceritakan detik-detik penjemputan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo oleh tim penindakan KPK di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu (25/11/2020) dini hari.

Ngabalin ikut dalam rombongan Edhy bersama pejabat KKP kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS). Ia juga satu pesawat dengan Edhy dan rombongan yang mendarat di Soetta.

“Kami satu tim (rombongan). Cuma saya ada di belakang, duduk di belakang, sehingga Bapak Menteri duluan bersama dengan para dirjen (KKP), kemudian kami di belakang,” kata Ngabalin.

“Sudah ada beberapa orang, petugas juga ramai,sehingga saya juga senang, Pak Menteri kan kooperatif banget, melihatnya dengan baik,” ujar Ngabalin.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat pengumuman jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat pengumuman jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Menurut Ngabalin, Edhy sempat mendengarkan penjelasan KPK terkait masalah yang sedang diselidiki. Setelah itu, Edhy pun bersedia memberikan keterangan atas kasus tersebut tanpa penolakan.

“Kemudian mendengarkan penjelasan yang disampaikan ke bapak-bapak yang datang (dari KPK). Sangat positif menerima penjelasan langsung dari beliau. Kemudian mereka kasih tahu ada tugas yang sedang mereka jalankan,” katanya.

“Respons Pak Edhy dengan normal, tenang dan teduh. Jadi seperti itu normal kok dan bagus,” ujar Ngabalin menambahkan.

Ngabalin mengatakan tim KPK menjemput Edhy di dalam Terminal 3, bukan pesawat. Ia mengaku dirinya dipisahkan dengan Edhy selepas mengisi keterangan hasil tes swab di pintu kedatangan.

“Setelah mengisi keterangan hasil swab itu, disuruh pisah. Tentu beliau (tim KPK) datang punya daftar orang yang beliau minta keterangan. Saya tidak masuk dalam orang yang diminta keterangan, jadi tidak diikutsertakan dalam tim itu,” katanya.

Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden itu menyatakan bahwa Edhy sempat memohon maaf kepada dirinya atas peristiwa yang terjadi dini hari tadi.

“Beliau menjumpai saya, kakak mohon maaf sudah diajak tapi harus repot. Saya bilang tidak repot karena tugas saya,” ujarnya.

Edhy ditangkap bersama istrinya, Iis Rosita Dewi, serta pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jika ditotal, KPK hingga saat ini telah menangkap sekitar 17 orang dalam operasi tangkap tangan (OTT) Edhy.

Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan penangkapan terhadap Edhy dilakukan terkait dugaan korupsi penetapan izin ekspor baby lobster atau benih lobster. Namun, Firli belum mau memberikan keterangan lebih jauh terkait hal tersebut.

“Tadi malam Menteri KKP diamankan KPK di Bandara Soetta saat kembali dari Honolulu [Amerika Serikat], yang bersangkutan diduga terlibat korupsi dalam penetapan izin export baby lobster,” kata Firli lewat pesan singkat, Rabu (25/11/2020).

Diketahui, politikus Partai Gerindra itu baru saja melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat. Berdasarkan keterangan resmi KKP, Edhy kunjungan ke AS untuk memperkuat kerja sama bidang kelautan dan perikanan dengan salah satu lembaga riset di negeri Paman Sam tersebut.

Kerja sama ini dalam rangka mengoptimalkan budidaya udang secara berkelanjutan di Indonesia. Edhy juga akan mengunjungi Oceanic Institute (OI) di Honolulu, Negara Bagian Hawaii.

 

Editor : Parna

Sumber