Ada beberapa wilayah yang dihindari oleh pesawat komersial, salah satunya adalah Pegunungan Himalaya. Apa alasannya?

Dilansir Simple Flying, Jumat (20/11/2020), Anda mungkin mengira tidak ada sudut bumi yang tidak diterbangi oleh pesawat modern. Nyatanya masih ada, yakni di Arktik, Antartika, dan Himalaya.

Namun, bukan berarti pesawat terbang komersial tidak pernah melewati area ini. Sebaliknya, untuk alasan keamanan, mereka umumnya memilih untuk tidak melakukannya.

Secara teknis, banyak pesawat modern dapat terbang melintasi Himalaya. Tapi itu adalah wilayah yang sangat luas, panjangnya lebih dari 2.300 kilometer dengan ketinggian rata-rata lebih dari 6.000 meter.

Puncak tertinggi adalah Everest dengan ketinggian 8.848 meter, yang berarti maskapai penerbangan komersial tidak dapat terbang di bawah FL310 dan sekitarnya. Itu segera mengesampingkan pesawat modern pada penerbangan jarak jauh, seperti Boeing 777-300.

Himalaya juga termasuk dalam wilayah perbatasan yang sensitif secara politik. China sangat membatasi akses pesawat komersial di atas Tibet, umumnya hanya mengizinkan maskapai penerbangan China untuk terbang melewati wilayah tersebut.

Baik militer China maupun India melakukan latihan ekstensif di dalam dan sekitar Pegunungan Himalaya. Mungkin ada lalu lintas militer yang cukup besar di daerah tersebut.

Pegunungan Himalaya.Pegunungan Himalaya (Foto: Samde Sherpa/istimewa)

Alasan Selanjutnya: Medan Datar yang Kurang

Di sisi lain, maskapai menghindari akan kurangnya medan datar, artinya peluang untuk pendaratan darurat bisa sangat sulit dan jarang dilakukan. Hanya ada dua bandara yang layak di wilayah tersebut, Lhasa dan Kathmandu.

Bandara Gonggar Lhasa memiliki landasan pacu sepanjang 4.000 meter. Lalu, Bandara Internasional Tribhuvan Kathmandu memiliki landasan pacu 3.350 meter.

Bukan berarti pesawat komersial tidak pernah terbang di atas Himalaya. Beberapa melakukannya, terutama maskapai penerbangan China.

Biasanya ada sejumlah penerbangan domestik di Nepal yang memiliki rute ke Pegunungan Himalaya. Selain itu, terdapat beberapa rute internasional jarak pendek, seperti antara Kathmandu dan Xian, Lhasa, dan Chengdu.

Geografi di Pegunungan Himalaya menghadirkan banyak tantangan keselamatan bagi pesawat terbang. Misalnya, jika Anda terbang di FL340, dengan aman di atas gunung tertinggi Himalaya.

Tetapi terjadi peristiwa dekompresi. Jika masker oksigen turun, pesawat harus turun ke ketinggian 10.000 kaki dengan cepat, jika tidak, pasokan oksigen akan habis.

Tapi turun ke ketinggian 10.000 kaki bukanlah pilihan di atas Himalaya. Tidak adanya bandara yang tersedia di dekatnya untuk membuat pendaratan yang tergesa-gesa malah akan memperumit masalah.

Masalah selanjutnya yang mengintai di sini adalah turbulensi yang tak terlihat atau clear air turbulence di sekitar Himalaya. Turbulensi jenis ini sulit dideteksi oleh radar, sehingga sulit bagi pilot untuk melihatnya.

Menurut Administrasi Penerbangan Federal (FAA), turbulensi udara jernih adalah penyebab nomor satu cedera penumpang dan pramugari dalam kecelakaan non-fatal.

Lalu ada masalah pembekuan bahan bakar. Semakin tinggi Anda terbang, semakin dingin kondisinya.

Bahan bakar pesawat bisa membeku dalam suhu -47 derajat Celcius dan tinggi di atas Pegunungan Himalaya, itu mungkin saja. Biasanya, pesawat akan turun ke ketinggian yang lebih rendah (dan lebih hangat) untuk menghindari masalah tersebut dan melintasi Pegunungan Himalaya bukanlah pilihan tepat.

 

Editor : Parna

Sumber : detiknews