Kebahagiaan seseorang tak hanya diperoleh saat memiliki pasangan atau tidak. Bagi mereka yang jomblo dapat merasa lebih bahagia, bahkan bisa jadi lebih tak ada beban pikiran ketimbang mereka yang terikat hubungan dengan pasangan. Selain itu, mereka yang tak memiliki pasangan juga tak akan menghabiskan waktu dan energi untuk bertengkar dengan pasangan atau bahkan bercerai suatu saat nanti.

Ada banyak sekali alasan mengapa jomblo bisa merasa bahagia. Status hubungan bukanlah parameter apakah seseorang merasa bahagia atau tidak. Pemikiran bahwa mereka yang single berarti kesepian sudah usang dan tidak lagi relevan.

Berikut ini beberapa alasan untuk bahagia tanpa harus memiliki pasangan

1. Bisa mengembangkan diri

Bagi jomblo bahagia, hidup bukan berarti hampa atau kesepian. Justru sebaliknya, mereka punya ruang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri. Hidup menjadi proses tanpa henti untuk selalu berubah, belajar, dan bertumbuh.Namun tentu ini kembali lagi pada karakter tiap individu. Apakah mereka tipe yang mau bekerja keras untuk terus berkembang, atau hanya duduk diam membiarkan waktu terbuang percuma?

2. Punya kuasa atas diri sendiri

Jomblo juga memiliki otonomi serta bisa menentukan langkah hidupnya sendiri. Ini adalah sebuah kemewahan bagi sebagian orang. Mereka tak harus mempertimbangkan pendapat orang lain ketika akan mengambil keputusan penting.Bandingkan dengan orang lain yang memiliki pasangan. Tentu ada batasan-batasan yang tak bisa diterobos ketika akan mengambil keputusan. Otonomi yang semula milik pribadi harus dibagi dengan orang lain yaitu pasangan.

3. Tidak berpikiran negatif

Masih berkaitan dengan kuasa atas diri sendiri, hal ini akan membuat seseorang tak dipenuhi pikiran negatif. Ketika bisa mengambil keputusan secara mandiri, maka tak ada beban pikiran yang menghantui. Jika ditambah dengan positive self-talktentu ini akan berkaitan erat dengan self-efficacy.

4. Bisa menjadi diri sendiri

Tidak memiliki pasangan juga bisa menjadi cara menjadi diri sendiri karena tidak ada pendapat atau peran orang lain yang bisa masuk terlalu jauh ke ranah pribadi. Dengan demikian, sangat mungkin mengenal siapa diri sebenarnya, termasuk kelebihan dan kekurangannya. Orang dengan kepribadian otentik tak akan disibukkan dengan pikiran bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya.
5. Lebih bebas

Komitmen memiliki pasangan hingga keturunan akan berpengaruh terhadap kebebasan mengambil langkah hidup ke depannya. Bagi mereka yang jomblo, tentu kebebasan ini akan tetap terjaga tanpa ada intervensi dari pasangan. Dengan demikian, kemampuan untuk mengembangkan diri lebih jauh seperti sekolah di negeri orang atau bekerja di tempat yang jauh dari keluarga pun bisa diambil. Apa yang bisa jadi bersifat membatasi pada orang yang sudah menikah dan punya anak, tidak akan berlaku demikian pada orang jomblo.

6. Puas terhadap diri sendiri

Apabila jomblo terbiasa menghadapi masalah, mengelola emosi, serta mencari jalan keluar sendiri, mereka akan merasa puas terhadap diri sendiri. Orang yang menikah berisiko merasa tidak puas mengekspresikan diri atau mengambil keputusan karena ada otoritas pasangan yang perlu dihormati. Di sisi lain, jomblo bahagia tak perlu berurusan dengan hal semacam ini. Bonusnya, jomblo bahagia juga bisa berpikiran lebih terbuka. Namun lagi-lagi, ini tetap kembali ke karakter tiap individu. Status hubungan bukanlah segalanya selama seseorang bisa memaksimalkan potensi dirinya.

7. Lebih optimistis

Jomblo akan punya ruang lebih untuk berpikir lebih optimistis. Bahkan dalam studi terhadap lebih dari 10 ribu partisipan perempuan Australia berusia 70 tahun, mereka lebih optimistis ketimbang yang menikah. Perbandingannya adalah dengan perempuan seusia partisipan baik yang memiliki anak maupun tidak. Bisa jadi ini terkait dengan tidak adanya tanggungan yang harus diemban. Tak ada pasangan, tak ada anak, hingga tak ada cucu membuat hidup lebih ringan dan sangat mudah untuk berpikir optimistis. Tentu pola pikir ini berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang banyak pikiran karena memiliki tanggungan pasangan, anak, atau cucu.

 

Editor : Parna

Sumber : tempo.co