Relawan Peduli pencegahan Covid-19 Dokter Tirta meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencabut aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), seiring dengan kerumunan massa Front Pembela Islam (FPI) menyambut kedatangan Rizieq Shihab.

Tirta menganggap Pemprov DKI Jakarta, termasuk pemerintah pusat bersikap standar ganda lantaran tak menghentikan atau menindak perkumpulan massa simpatisan FPI, termasuk dalam acara pernikahan putri Rizieq pada Sabtu (14/11) yang kabarnya dihadiri ribuan orang.

“Seorang tokoh datang ke sini membuat kerumunan di bandara sampai puluhan ribu orang, lalu kemungkinan buat acara pernikahan yang dihadiri ribuan orang malah pernikahannya diberi masker 20 ribu buah,” tutur Tirta menyinggung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam video yang diunggah di akun Instagram dr.tirta, Sabtu (14/11).

Pernyataan Tirta itu menyindir BNPB yang memberikan 20 ribu masker kepada massa yang menghadiri acara pernikahan putri Rizieq daripada menindak penyelenggara acara.

“Saya tidak menyoroti pernikahannya…warga berhak ajukan izin, pak Rizieq Shihab berhak ajukan izin. Tapi di sini yang dipertanyakan adalah konsistensi Satgas Covid DKI, Satgas Covid nasional, konsistensi Gubernur DKI, Konsistensi BNPB,” katanya.

“Jika memang ada kerumunan dan kalian memaksa ada razia masker, jangan tebang pilih, buka semuanya, ngapain ada PSBB transisi jika ada seorang tokoh publik dengan massa yang banyak (dan) kalian takut,” imbuh dia menambahkan.

Tirta menyayangkan sikap pemerintah yang hanya menindak tegas pelanggar protokol kesehatan terhadap warga biasa.

Sebab, sejak kedatangan Rizieq ke Tanah Air yang memicu kerumunan massa di bandara hingga resepsi pernikahan putrinya yang digelar kemarin, belum ada tanggapan tegas baik peringatan atau sanksi dari pemerintah.

Padahal, kepolisian melalui TMC Polda Metro Jaya mengimbau masyarakat untuk melaporkan jika menemukan kerumunan orang yang melanggar protokol covid-19.

Dalam jumpa persnya, Kapolri Jenderal Idham Aziz bahkan hanya mengeluarkan imbauan yang juga tidak secara langsung ditujukan terhadap kerumunan massa Rizieq.

“Selama delapan bulan saya dikirim surat tugas (dari pemerintah) untuk mengedukasi masyarakat soal 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Saya sudah keliling ke 17 kota diminta untuk edukasi, termasuk ikut razia kelab lounge di bandung bersama Satgas Covid Jabar, razia kerumunan di Tegal diminta pak Ganjar, di Solo, Jogja,” tegas Tirta.

“Di sini dipertanyakan ketegasan dari pemerintah DKI, Satgas Covid DKI, Satgas Covid Nasional, BNPB, Kementerian Kesehatan dan, IDI. Kemana kalian? Jika memang kerumunan dikarenakan pernikahan dengan target puluhan ribu orang sampai ditutup jalan protokol boleh, kenapa wedding yang lain tidak boleh (digelar)?” ucapnya.

Pernyataan Tirta tersebut mengundang respons serupa dari sebagian besar netizen. Tagar #IndonesiaTerserah yang mencerminkan kritik terhadap aksi kerumunan simpatisan Rizieq yang dibiarkan berlangsung selama beberapa hari terakhir bahkan sempat menjadi trending di Twitter.

Kerumunan massa simpatisan FPI terus terjadi sejak Rizieq datang dari Arab Saudi pada Selasa (10/11). Massa hingga ribuan orang disebut memadati Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta demi menyambut kedatangan Rizieq.

Akibat kerumunan itu, lalu lintas menuju bandara lumpuh total dan sejumlah penerbangan bahkan harus dijadwal ulang. Sebagian besar simpatisan Rizieq yang datang ke bandara juga tak mengindahkan aturan menjaga jarak dan penggunaan masker.

Tak sampai di situ, baik Rizieq maupun simpatisannya juga telah melanggar sejumlah protokol kesehatan pemerintah selama pandemi.

Rizieq tidak melakukan karantina mandiri selama 14 hari setelah pulang dari luar negeri dan malah menggelar serta menghadiri acara yang menyebabkan perkumpulan massa hingga berjumlah ribuan orang.

Sementara itu, para simpatisan Rizieq pun tidak mengindahkan protokol kesehatan yakni menjaga jarak, mengenakan masker, dan tidak berkumpul dalam jumlah banyak.

 

Editor : Parna

Sumber : kumparan