Perdana Menteri sekaligus Wakil Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Mohammed bin Rashid, telah disuntik vaksin virus corona buatan China.

Hal itu disampaikannya lewat postingan di Twitter pada Selasa (3/11). Sheikh Rashid juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja untuk mengembangkan vaksin virus corona.

“Sedang menerima vaksin Covid-19 hari ini. kami berharap semua orang dalam keadaan aman dan sehat, dan kami bangga dengan tim kami karena telah bekerja tanpa henti untuk membuat vaksin tersedia di UEA. Masa depan akan selalu lebih baik di UEA,” cuit Sheikh Rashid di Twitter.

Dilansir The National News, Sheikh Rashid adalah tokoh senior terbaru di UEA yang mengambil vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi China, Sinopharm.

Sejauh ini, UEA telah menyelenggarakan uji coba vaksin fase 3 yang melibatkan 31 ribu relawan di Emirates, Bahrain, dan Yordania.

Vaksinasi awal telah diberikan kepada pekerja medis di garis depan, pejabat senior, dan beberapa anggota Kabinet setelah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah UEA untuk penggunaan terbatas pada September.

Pada akhir pekan, Menteri Urusan Kabinet Mohammed Al Gergawi, Presiden Asosiasi Sepak Bola UEA Rashid bin Humaid Al Nuaimi, dan anggota keluarga penguasa Ajman juga menerima vaksin tersebut.

Sheikh Rashid mengatakan dia menantikan “kemenangan atas virus”.

Para pemimpin terkenal lainnya yang menerima vaksin tersebut yakni Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sheikh Abdullah bin Zayed dan Ketua Kantor Eksekutif Abu Dhabi, Sheikh Khalid bin Mohamed bin Zayed.

Kantor berita negara BNA melaporkan, dalam perkembangan lain pada Selasa, Bahrain memberikan persetujuan darurat untuk penggunaan vaksin Sinopharm pada pekerja garis depan.

Pada pertengahan Oktober, China National Biotec Group, bagian dari Sinopharm, memiliki dua vaksin yang berada dalam pengembangan. Pihaknya mengatakan sekitar 480 ribu orang telah divaksinasi dan lebih dari 93 ribu orang telah disiapkan untuk diinokulasi.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan, hasil uji coba fase 3 belum ditinjau secara independen. Tapi sebuah studi di Lancet Infectious Diseases bulan lalu menunjukkan hasil yang kuat dari fase 1 dan 2, termasuk pada orang yang berusia lebih dari 60 tahun.

Uji coba fase 1 dan 2 Sinopharm dilakukan di China antara 29 April dan 30 Juli dengan melibatkan lebih dari 600 relawan sehat berusia 18 hingga 80 tahun.

Dalam dua fase tersebut, artikel Lancet mengatakan vaksin memicu antibodi yang menghalangi virus menginfeksi sel pada semua relawan dalam 42 hari.

Menurut penelitian tersebut, mereka yang berusia 60 tahun ke atas lebih lambat merespons dan menghasilkan lebih sedikit antibodi, sementara relawan yang lebih muda mendeteksi antibodi dalam 28 hari dan vaksin itu dapat ditoleransi dengan baik di semua dosis.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia