Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja menyatakan dana pelatihan dan insentif Kartu Prakerja Rp5,7 triliun sudah cair hingga 31 Oktober 2020 kemarin.

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni P Purbasari mengatakan insentif itu cair untuk 4,9 juta peserta yang ikut serta dalam pendaftaran Kartu Prakerja dari gelombang 1 hingga 10.

Ia menambahkan berdasarkan survei yang wajib diisi para peserta Prakerja, insentif itu paling banyak digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, mulai dari membeli bahan pangan 96 persen, membeli listrik 75 persen, untuk membeli bensin 65 persen, serta membeli pulsa/paket internet 63 persen.

Selain itu, ada pula yang menggunakannya untuk modal usaha sebanyak 63 persen.

“Ini hal yang positif dari Prakerja. Ternyata teman-teman Prakerja sangat bijaksana menggunakan uang bantuan itu,” tutur Denni dalam webinar bertajuk Peran Program Kartu Prakerja dalam Pembangunan SDM di Masa Pandemi, Selasa (3/11).

Sebagai informasi, total pendaftar program Kartu Prakerja hingga akhir Oktober 2020 telah mencapai 40 juta orang. Mereka berasal dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Namun, dari total pendaftar tersebut, jumlah peserta yang lolos seleksi dan diterima untuk mengikuti program hanya sebanyak 5,59 juta orang.

Dari 5,59 juta peserta, sebanyak 5,2 juta di antaranya sudah membeli pelatihan, sementara yang sudah menyelesaikan minimal 1 pelatihan 4,94 juta.

Jika dilihat berdasarkan jumlah wilayahnya, pendaftar terbanyak berasal dari Jawa Barat dengan jumlah 817,6 ribu orang. Selanjutnya, provinsi dengan jumlah pendaftar terbanyak kedua adalah Jawa Timur dengan 667,9 ribu orang, diikuti DKI Jakarta sebanyak 584,4 ribu orang dan Jawa Tengah sebanyak 472,5 ribu orang.

Denni menilai program Prakerja harus memiliki jangkauan yang luas sebab BPS mencatat 73 persen penganggur tidak pernah mengikuti pelatihan bersertifikat. Lewat Program Kartu Prakerja pula, sebanyak 5,6 juta peserta belajar materi pelatihan yang telah dinilai oleh ahli dan memperoleh sertifikat.

“Mereka juga memiliki literasi digital yang dampak transformatifnya jauh lebih besar karena mereka sekarang sudah tahu dan bisa belajar kapanpun, dimanapun, dari siapapun selama ada internet dan kemauan,” tandasnya.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia