Klub sepakbola asal Inggris, Manchester United, tengah menunjukkan performa yang bagus di lapangan. Setan Merah berhasil menang dalam dua laga terakhir.

Di kancah Liga Primer musim 2020/2021, anak asuh Manajer Ole Gunnar Solskjaer menggulung tuan rumah Newcastle United 1-4 akhir pekan lalu. Kemenangan ini diraih setelah United tertinggal terlebih dulu.

Lalu di laga perdana Liga Champions Eropa musim 2020/2021, Harry Maguire dan kolega menang atas Paris St Germain (Prancis) dengan skor 1-2. Harap dicatat, PSG adalah finalis musim sebelumnya.

Namun konsistensi United masih perlu diuji. Akhir pekan ini United akan menjamu Chelsea di Stadion Old Trafford dalam lanjutan Liga Primer. Tiga angka akan sangat berarti bagi United yang kini menghuni peringkat 15.

Di tengah kegembiraan atas dua kemenangan beruntun, terselip kabar yang kurang sedap. Ini bukan dari lapangan, melainkan di laporan keuangan.

Pada tahun fiskal 2020 yang berakhir 30 Juni, United membukukan kerugian GBP 23,2 juta atau sekira Rp 441,17 miliar (GBP 1=Rp 19.015,835 sesuai kurs tengah transaksi Bank Indonesia 21 Oktober). Anjlok dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat untung GBP 18,9 juta (Rp 359,39 miliar).

Soccer Football - Premier League - Manchester United v Manchester City - Old Trafford, Manchester, Britain - April 24, 2019 Manchester United's Paul Pogba before the match Action Images via Reuters/Carl Recine EDITORIAL USE ONLY. No use with unauthorized audio, video, data, fixture lists, club/league logos or  Paul Pogba, Gelandang Manchester United (Reuters/Carl Recine)

Sepakbola, seperti halnya seluruh sendi kehidupan lain, tidak luput dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Apalagi Inggris sempat memberlakukan karantina wilayah (lockdown) skala nasional untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.

Liga Primer, sebagaimana kompetisi sepakbola di berbagai negara, sempat berhenti selama tiga bulan dan baru dihelat lagi pada pertengahan Juni. Namun atas nama protokol kesehatan, pertandingan digelar di stadion tanpa penonton.

Akibatnya, pendapatan United dari pertandingan di stadion (matchday revenue) menyusut tajam. Pada tahun fiskal 2020, matchday revenue tercatat GBP 89,8 juta (Rp 1,71 triliun). Ambles 18,95% dibandingkan tahun fiskal 2019.

“Dampak pandemi dan upaya mencegah penularan virus kembali memukul bisnis kami. Stadion Old Trafford dan Megastore kami tutup untuk umum mulai 20 Maret, sementara museum, tur stadion, dan Red Cafe tutup mulai 17 Maret,” sebut laporan keuangan United.

Namun yang paling mencolok adalah pendapatan dari hak siar (broadcasting revenue). Pada tahun fiskal 2020, pos ini menyumbang GBP 140,2 juta (Rp 2,67 triliun). Ambrol 41,87% dibandingkan tahun sebelumnya.

Musim lalu, United yang berlaga di Liga Europa (kompetisi antar-klub Eropa lapis kedua) melaju hingga babak semifinal. Sejatinya pertandingan perempat final dan semi final masing-masing digelar dua kali, kandang dan tandang (home and away).

Namun pandemi virus corona mengubah kebiasaan tersebut. Untuk menghemat waktu sekaligus mengurangi risiko berkontak dengan semakin banyak orang, pertandingan perempat final dan semifinal hanya dilakukan sekali di tempat netral di Jerman. Ini mengurangi frekuensi pertandingan dan siaran televisi sehingga berpengaruh ke pendapatan.

“Sisa pertandingan Liga Europa yaitu perempat final dan semifinal dilakukan satu leg dan tanpa penonton. Ini mengurangi pendapatan dari hak siar secara signifikan,” tulis laporan keuangan United.

Dengan pendapatan yang berkurang sementara pengeluaran terus berjalan, utang United pun membengkak. Pada tahun fiskal 2020, utang bersih klub milik keluarga Glazer ini mencapai GBP 474,1 juta (Rp 9,01 triliun). Melonjak 132,85% dibandingkan tahun fiskal 2019.

sepakbolaManchester United Plc

de gea David De Gea, Penjaga Gawang Manchester United (AP/Rui Vieira)

Sepakbola tanpa penonton di stadion bak rokok tanpa kopi. Bisa dinikmati, tetapi rasanya kok ada yang kurang. Seperti tidak bernyawa.

Roh, gairah, dan emosi sepakbola adalah ketika pertandingan berlangsung di hadapan ribuan penonton di stadion. Sorak-sorai, nyanyian, dukungan, bahkan makian suporter adalah bumbu utama yang membuat sepakbola tidak terasa hambar.

Tidak cuma itu, kembalinya suporter ke stadion juga akan membantu klub dalam hal keuangan. United mungkin tidak akan sampai merugi andai pertandingan bisa dilakukan dengan normal seperti dulu lagi.

“Penonton sudah dibolehkan kembali (ke stadion) dalam jumlah tentu di lebih dari 20 negara Eropa, meski tetap harus mematuhi pembatasan sosial. Kami mendorong pemerintah Inggris untuk mengikuti contoh yang positif ini ketika waktunya sudah memungkinkan.

“Kami menyadari bahwa kesehatan memang harus menjadi prioritas, tetapi semestinya diterapkan secara konsisten. Orang-orang sudah boleh duduk berjam-jam di dalam pesawat atau menonton film di bioskop. Konser di dalam ruangan juga sudah dibolehkan.

“Namun mengapa aktivitas di luar ruangan yang menerapkan pembatasan sosial diperlakukan berbeda? Suporter adalah fondasi sepakbola, inkonsistensi seperti ini membuat klub dan fans frustrasi,” tegas Ed Woodward, Executive Vice Chairman United, seperti dikutip dari Reuters.

Soccer Football - Premier League - Newcastle United v Manchester United - St James' Park, Newcastle, Britain - October 6, 2019 Manchester United manager Ole Gunnar Solskjaer reacts REUTERS/Scott Heppell EDITORIAL USE ONLY. No use with unauthorized audio, video, data, fixture lists, club/league logos or  Ole Gunnar Solskjaer, Manajer Manchester United (REUTERS/Scott Heppell)
Akan tetapi, sepertinya harapan Woordward (dan seluruh penggila bal-balan) bakal sulit terwujud dalam waktu dekat. Soalnya, sekarang pemerintah Inggris malah cenderung memperketat pembatasan sosial karena lonjakan kasus corona.

Per 20 Oktober, jumlah pasien positif corona di Negeri John Bull mencapai 741.216 orang. Bertambah 18.803 orang dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (7-20 Oktober), rata-rata pasien baru bertambah 16.117 orang per hari. Melonjak hampir dua kali lipat dibandingkan rata-rata dua minggu sebelumnya yaitu 8.353 orang per hari.

“Kenaikan kasus yang kita lihat akhir-akhir ini terjadi pada orang-orang muda. Seluruh warga sebaiknya terus mematuhi aturan pembatasan sosial,” tegas Matt Hancock. Menteri Kesehatan Inggris, seperti dikutip dari Reuters.

Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson kini memberlakukan pembatasan sosial berdasarkan kategori wilayah. Kategori pertama adalah wilayah berisiko sedang. Beberapa larangan di wilayah dengan kategori ini adalah warga dilarang berkumpul lebih dari enam orang di luar rumah (rule of six), restoran dan bar wajib tutup lebih awal yaitu pukul 22:00.

Kategori kedua adalah wilayah berisiko tinggi. Warga yang berasal dari rumah tangga berbeda tidak berkumpul di dalam ruangan, rule of six tetap berlaku, dan membatasi perjalanan ke luar rumah.

Kategori ketiga adalah wilayah berisiko sangat tinggi. Sejumlah larangan yang berlaku di wilayah ini antara lain:

  1. Warga jangan bertemu dengan orang yang tidak serumah.
  2. Bar dan pub tidak boleh buka.
  3. Resepsi pernikahan tidak boleh dilakukan.
  4. Warga sebaiknya tidak keluar-masuk wilayah kecuali untuk bekerja, sekolah, dan merawat orang sakit.
  5. Warga jangan menginap di wilayah lain dengan risiko yang lebih rendah.

“Kita harus segera bertindak untuk menyelamatkan nyawa. Jika kita biarkan virus merajalela, maka kita tidak hanya menghadapi tingginya angka kematian tetapi juga peningkatan beban bagi tenaga medis,” tegas Johnson, seperti diwartakan Reuters.

Kalau situasi belum kunjung membaik, maka sulit berharap pemerintah Inggris akan memberi lampu hijau kepada stadion untuk membuka pintu bagi penonton. Saat ini terus terjadi, maka sepakbola seakan dimainkan dengan separuh nyawa dan ‘membakar’ uang.

Editor : Aron
Sumber : cnbcindonesia