Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto akhirnya berbicara panjang lebar tentang penanganan corona di Indonesia. Saat menjadi bintang tamu Webinar yang digelar untuk perayaan HUT Golkar, Terawan yakin Indonesia mampu melewati pandemi dengan baik.
Terawan  mengeklaim tingkat kesembuhan pasien positif corona sudah di angka 79 persen. Terawan juga mengeklaim angka kematian yang terus turun.
“Angka kesembuhan mulai naik terus dan itu melebihi angka rata-rata dunia yang 74 persen. Artinya sudah masuk ke hal lebih baik itu yang harus kita lihat,” kata Terawan, Selasa (20/10).
Terawan Bicara Corona: Optimistis Lewati Masa Sulit; Isu RS COVID19-kan Pasien (1)
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kanan) berbincang dengan anggota Komisi IX DPR sebelum mengikuti Rapat Dengar Pandapat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27/8). Foto: Puspa Perwitasari/Antara Foto
Optimisme ke depan, kita mampu melewati masa-masa sulit COVID ini bersama-sama dengan baik
Menkes Terawan
“Dengan angka kematian terus turun, bayangin, dulu sampai 9,5 persen lebih, sekarang sudah 3,45 persen, dan terlihat tiap hari mengalami penurunan,” tuturnya.
Bandingkan Positivity Rate Meksiko dan Bolivia
Dokter militer itu turut menanggapi penilaian penanganan corona di Indonesia yang belum maksimal. Sebab, positivity rate (rasio antara jumlah kasus positif dengan orang yang dites) masih di atas standar WHO sebesar 5 persen.
Terawan menyatakan, positivity rate corona di Indonesia kini di angka 14 persen. Namun, ia mengeklaim angka tersebut masih tergolong baik dibandingkan dengan Meksiko dan Bolivia.
“Indonesia berapa, sih? 14 persen. Kalau kita lihat banyak negara, contoh Meksiko, Bolivia, (positivity rate) di atas 20-50 persen,” ujar Terawan.
Ia bahkan mengeklaim positivity rate di Indonesia di bawah rata-rata dunia. Ia merujuk pernyataan Direktur Eksekutif WHO, Mike Ryan, pada awal Oktober yang memperkirakan sekitar 10 persen populasi dunia telah terpapar COVID-19. Artinya, sekitar 760 juta orang dari total 7,6 miliar populasi dunia mungkin sudah terinfeksi corona.
“Sehingga kalau melihat secara holistik, kita bisa melihat bahwa Indonesia sudah masuk dalam range yang baik, positivity rate 14 persen di bawah rata-rata dunia. Kalau WHO menyatakan 10 persen populasi itu terinfeksi, artinya 10 persen dianggap pasti positif. Sedangkan 5 persen (populasi dunia) waktu dulu, waktu dia (WHO -red) melakukan tracing awal-awal,” kata dia.
Bantah Rasio Tes Corona RI di Bawah Standar WHO
Ahli ‘Cuci Otak’ itu bahkan membantah anggapan yang menilai rasio tes COVID-19 di Indonesia di bawah standar WHO. Selama ini, WHO menetapkan standar 1 tes per 1.000 penduduk dalam 1 minggu atau 1.000 tes per 1 juta penduduk dalam 1 minggu.
“Sebenarnya tidak tepat jika ratio test dan tracing di bawah standar WHO. Karena kita sudah di atas 43-45 ribu per hari. Padahal kalau dengan 270 juta penduduk itu sekitar 38 ribu lebih dikit, artinya sudah memenuhi,” ujar Terawan.
Terawan hanya mengakui tes corona di RI yang belum merata. Hal itu disebabkan kondisi geografis Indonesia.
“Hanya tidak merata, karena menyangkut juga daerah wilayah penduduk, kapasitas dengan negara kepulauan yang sangat berbeda dengan negara lain,” papar eks Kepala RSPAD Gatot Soebroto itu.
Terawan Bicara Corona: Optimistis Lewati Masa Sulit; Isu RS COVID19-kan Pasien (2)
Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto saat forum pimpinan Redaksi terkait isu aktual di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (3/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Kenang Evakuasi Warga dari Wuhan
Optimismenya itu ia tunjukkan dengan mengenang evakuasi warga RI di Wuhan, China, pada awal tahun. Saat itu, Wuhan sempat lockdown total karena menjadi titik nol penyebaran corona untuk pertama kali.
“Kita masih ingat waktu peristiwa Wuhan, kita dengan sigap serta merta memindahkan warga negara kita dengan selamat baik prosesnya yang begitu rumit bisa kita kerjakan dengan baik. Itu adalah kesiapan-kesiapan detect, kita siapkan RS rujukan dan sebagainya,” tuturnya.
Terawan Bicara Corona: Optimistis Lewati Masa Sulit; Isu RS COVID19-kan Pasien (3)
Menkes Terawan audensi dengan warga Natuna terkait observasi WNI dari Wuhan. Foto: Dok. Istimewa
Jawab Isu RS Meng-COVID19-kan Pasien
Selain sesumbar membahas penanganannya soal corona, Terawan menjawab isu seputar pihak RS sengaja ‘meng-COVID19-kan pasien yang bukan COVID-19. Terawan yakin, rumah sakit tidak akan berbuat hal itu.
“Kalau saya masih memandang, saya kan pernah kerja di rumah sakit, kita punya nurani. Kalau ya katakan ya, kalau tidak katakan tidak,” kata Terawan.
Ia mengajak masyarakat tidak mempercayai isu tersebut. Apalagi soal hoaks RS yang sengaja menyebut seseorang meninggal karena corona hanya demi mengeruk keuntungan.
“Karena bagaimanapun, apalagi menyatakan orang yang meninggal, itu harus benar benar kita pertanggungjawabkan ke hadapan Yang Maha Kuasa,” tutur dia.
Terawan Bicara Corona: Optimistis Lewati Masa Sulit; Isu RS COVID19-kan Pasien (4)
Team medis yang sedang shalat dan istirahat difoto oleh Bima Arya Walikota Bogor. Foto: Ig @ bimaaryasugiarto
Beralih Bicara Vaksin Corona
Terawan yakin pengendalian corona bisa semakin ditekan dengan vaksinasi. Akhir tahun 2020, Kemenkes memang berencana memvaksinasi 9,1 juta orang –jika vaksin Sinovac lolos uji klinis fase III.
Meski demikian, rentang usia yang divaksin hanya berada di usia 18-59 tahun. Terawan mengaku pemerintah belum dapat memutuskan apakah vaksin corona bisa digunakan untuk anak-anak dan lansia.
Terawan Bicara Corona: Optimistis Lewati Masa Sulit; Isu RS COVID19-kan Pasien (5)
Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Terawan Bicara Corona: Optimistis Lewati Masa Sulit; Isu RS COVID19-kan Pasien (6)
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
“Yang jelas nomor satu, dalam memberikan apa pun, efficacy (kemanjuran) dan keamanan itu nomor satu. Pada vaksinasi ini juga seperti itu, maka kita dalam memberikan vaksin kita mengikuti hasil uji klinis tiganya, seperti apa uji klinis tiganya digunakan pada usia berapa, apakah pada anak-anak, pada lansia atau pada komorbid, kita tinggal mengikutinya,” ujar Terawan.
Hanya saja, untuk spesifikasi awal, vaksin corona diberikan untuk kelompok usia 18 hingga 59 tahun. Selain itu, vaksin corona ditujukan untuk warga yang minim penyakit bawaan (komorbid).
“Saat ini vaksin yang sudah mulai ada adalah vaksin yang sama seperti yang dilakukan uji klinis di Indonesia, juga masih range usia 18-59 tahun, dan itu diupayakan dengan minimal komorbid,” ucap Terawan.
Dengan semakin berkembangnya penelitian vaksin, Terawan menilai bukan tidak mungkin vaksin untuk usia di luar 18-59 tahun dapat tersedia.
Terawan Bicara Corona: Optimistis Lewati Masa Sulit; Isu RS COVID19-kan Pasien (7)
Ilustrasi obat herbal. Foto: Shutterstock
Dukung Obat Herbal Asli Indonesia untuk Penanganan COVID-19
Tak hanya mendukung vaksin, Terawan memastikan pemerintah mendukung segala riset terkait penanganan corona, termasuk riset obat herbal. Obat herbal tersebut nantinya akan diuji efektivitas dan keamanannya agar menjadi obat herbal terstandar (lolos praklinik) dan fitofarmaka (lolos pra dan uji klinik).
“Sekarang mengenai kebijakan penggunaan obat tradisional untuk penanganan COVID-19. Kemenkes mendukung obat herbal berstandar atau OHT dan fitofarmaka atau OMAI (Obat Modern Asli Indonesia) di fasilitas pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan dana alokasi khusus selama beberapa tahun belakangan ini,” ujar Terawan.
Selain OHT dan fitofarmaka, Terawan mendukung upaya mandiri pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional dalam bentuk sediaan segar. Terawan memastikan Kemenkes mendukung riset obat herbal untuk COVID-19.
“Jadi, dapat kami simpulkan Kemenkes mendorong dan mengembangkan penyelenggaraan riset dan farmasi alat kesehatan dalam rangka kemandirian obat dan alkes di masa pandemi COVID-19,” tutupnya.
Editor : Aron
Sumber : Kumparan