Selama masa pandemi COVID-19, ada banyak fenomena atau isu baru bermunculan. Tak hanya soal tren olahraga, menu masakan baru, atau tanaman, dalam dunia percintaan ternyata juga muncul tren baru, yaitu perselingkuhan.
Meskipun selingkuh bukanlah isu baru dalam ranah asmara, namun sebuah riset mengungkapkan ada tren peningkatan kasus perselingkuhan selama pandemi.
Situs kencan online bernama Dating asal Amerika Serikat melakukan survei pada 2.000 penggunanya di AS dan menanyakan apakah mereka menjadi korban perselingkuhan dari pasangan. Survei ini dilakukan sejak bulan Maret saat COVID-19 resmi dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO.
Survei yang dilakukan pada pengguna yang rata-rata belum menikah ini menyatakan, 55 persen dari 2.000 partisipan mengaku pasangannya selingkuh. Dari jumlah tersebut, 45 persennya adalah perempuan dan 15 persen sisanya adalah laki-laki. Selain itu, fakta juga mengatakan bahwa sebagian pasangan selingkuh dengan mantan kekasihnya dan sebagian yang lain selingkuh dengan orang baru yang awalnya hanya iseng, tapi kemudian hubungan berubah jadi serius setelah putus dengan pasangan sebelumnya.
“Masa pandemi dan ketentuan untuk di rumah saja ini benar-benar menguji banyak pasangan. Koneksi masing-masing sangat diuji. Seringnya, tiap pasangan merasa berubahnya aktivitas sehari-hari membuat kesulitan menemukan koneksi yang lebih dalam dengan pasangan,” ungkap Maria Sullivan, wakil presiden situs Dating seperti dikutip dari Insider.
Menurut psikolog dari Universitas Tennessee Knoxville, stres yang disebabkan oleh pandemi ini menjadi penyebab rusaknya sebuah hubungan. Banyak pasangan mulai memanfaatkan platform online untuk berselingkuh. Mereka menggunakan FaceTime, pesan personal di media sosial, atau kencan online untuk kencan dengan orang lain.
“Individu yang tidak puas dengan hubungan mereka saat ini mencoba untuk mengeksplorasi pilihan alternatif dan meningkatnya stres karena pandemi mungkin berkontribusi pada persepsi lebih negatif dari masing-masing pasangan,” begitu ungkap psikolog pada jurnal yang diterbitkan di Universitas Tennessee Knoxville.
Mereka bahkan juga menemukan fakta bahwa saat ini ada 17 ribu orang yang melakukan registrasi pada situs atau aplikasi kencan online tiap harinya. Data tersebut melonjak drastis karena pada 2019 peningkatan hanya terjadi hingga angka 1.500 saja per hari.
Editor : Parna
Sumber : kumparan