Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan hanya 9 persen masyarakat Indonesia yang mampu dan beruntung meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Ini berarti, hanya 24,3 juta orang yang mampu mengecap bangku kuliah dari total penduduk Indonesia yang tercatat sebanyak 270 juta.

Sri Mulyani mengatakan mahasiswa lulusan Politeknik Keuangan Negara (PKN) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) masuk kelompok 9 persen masyarakat Indonesia yang beruntung itu. Dengan keberuntungan itu, lulusan PKN STAN dituntut untuk membangun dan memperbaiki negara.

“Kalian harus paham bahwa kalian bagian kecil masyarakat Indonesia yang beruntung untuk mengecap perguruan tinggi. Sebagai masyarakat yang beruntung, muncul tanggung besar,” ungkap Sri Mulyani dalam Wisuda PKN STAN angkatan ke 31 secara virtual, Rabu (14/10).

Apalagi, negara telah membiayai 100 persen biaya kuliah mahasiswa PKN STAN. Untuk itu, tanggung jawab yang dipikul pun semakin besar.

“Bagaimana kalian dituntut dengan ilmu dan kesempatan untuk bisa mengubah dan membangun negara ini jadi maju dan adil, sejahtera, memiliki martabat. Jangan kalian tuntut orang lain, saatnya sekarang kalian akan dituntut,” papar Sri Mulyani.

Bendahara negara meminta seluruh lulusan PKN STAN untuk terus mengasah keterampilan, baik ilmu hingga karakter pribadi masing-masing. Karakter ini terkait dengan kemampuan komunikasi, keterampilan di organisasi, dan keterampilan memimpin.

“Kepemimpinan itu penting, yang penting itu adalah memimpin diri kalian sendiri,” imbuh Sri Mulyani.

Ia mengingatkan lulusan PKN STAN agar tidak bermimpi untuk mendapatkan pujian di lingkungan kerja jika sudah memiliki nilai bagus di bangku kuliah. Masalahnya, bekerja dengan mengurus keuangan negara bukan persoalan mudah.

Tak jarang, karyawan yang bekerja di lembaga keuangan negara justru jadi sasaran caci maki masyarakat. Hal itu sering terjadi di Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

“Kalian nanti yang bekerja di pajak, bekerja dengan dedikasi tinggi tekad untuk kumpulkan penerimaan pajak bagi keuangan negara. Kalian tidak akan di-terima kasih in bahkan sering kalian dicurigai. Bahkan jadi sasaran caci maki,” ujar Sri Mulyani.

Namun, itu bukan menjadi alasan bagi karyawan di lingkungan Kementerian Keuangan untuk berkecil hati. Situasi itu justru bisa dimanfaatkan untuk menguatkan mental.

“Yang membuat hati anda besar dan yang buat anda tenang bukan puji-pujian, yang buat anda tenang dan hati anda besar adalah karena anda tau saya sudah dan akan terus memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara,” terang Sri Mulyani.

Ia berpesan agar lulusan PKN STAN tidak mencari ketenangan dari pujian dan media sosial. Lebih baik, tambah Sri Mulyani, lulusan PKN STAN fokus untuk memberikan kontribusi yang terbaik bagi negara.

“Jangan pernah mencari ketenangan dari pujian apalagi dari media sosial. Fokus terhadap apa yang anda ingin kontribusikan, bakti anda yang akan anda curahkan,” pungkas Sri Mulyani.

Editor : Aron
Sumber : cnnindonesia