Kanker payudara masih menjadi momok menakutkan bagi kaum perempuan. Dr. Made Putra Sedana, Sp. PD, KHOM, dokter onkologi dari Adi Husada Cancer Center (AHCC) Surabaya mengungkapkan golongan yang berisiko terkena kanker payudara. Diantaranya mereka yang menstruasi terlalu dini, dan menopause yang terlambat.
“Sekitar 5-10 persen dari kasus kanker payudara terjadi karena faktor genetik. Perempuan yang mempunyai ibu atau nenek yang pernah terkena kanker payudara berisiko hingga dua atau tiga kali lebih tinggi mengalami penyakit yang sama, dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat tersebut. Jadi kalau ada keluarga yang punya riwayat penyakit ini, segera lakukan pemeriksaan,” jelas Dr. Made kepada Basra, Selasa (13/10).
Berikutnya golongan yang rentan terhadap kanker payudara, yakni perempuan yang mengalami siklus menstruasi lebih awal (di bawah 12 tahun), atau mereka mengalami masa menopause lebih lambat (lebih dari 55 tahun).
Kedua golongan tersebut, dikatakan Dr. Made, lebih berisiko kena kanker payudara pada kemudian hari. Kedua faktor ini dapat meningkatkan kadar hormon estrogen pada tubuh, yang merupakan salah satu penyebab atau pemicu terjadinya kanker payudara.
Perempuan yang hamil pertama ketika berusia di atas 35 tahun juga rentan terkena kanker payudara. Kadar estrogen yang tinggi bisa terjadi pada mereka yang mengalami kehamilan pertama pada usia yang lebih tua.
Faktor lingkungan disebut menjadi sebab terjadinya kanker payudara. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh, yakni paparan radiasi, seperti penggunaan sinar-X dan CT scan, yang merupakan salah satu prosedur pemeriksaan secara medis.
“Jangan lupakan juga gaya hidup, dimana gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu kanker payudara. Tidak hanya kanker payudara, gaya hidup tidak sehat dapat menyebabkan perubahan sel menjadi sel kanker,” tegasnya.
Terkait usia penderita kanker payudara, Dr. Made menuturkan jika kini telah bergeser ke usia produktif. Bahkan golongan usia produktif menjadi yang terbanyak saat ini.
“Usia produktif ya, 20 sampai 55 tahun yang paling banyak,” imbuhnya.
Sementara itu, berdasarkan data Global Cancer Observatory 2018 yang dirilis World Health Organization (WHO), angka kematian akibat penyakit kanker payudara menempati posisi kedua, dengan jumlah kasus sebanyak 22.692 di Indonesia.
Menurut Dr.Made, banyak pasien kanker payudara yang mencoba pengobatan alternatif, sebelum akhirnya kembali ke pengobatan medis dalam stadium yang lebih parah.
“Padahal dengan penanganan yang sedini mungkin, kanker payudara jadi bisa diatasi,” tukasnya.
Pencegahan agar tak kena kanker payudara, lanjut Dr. Made, dapat dilakukan. Bahkan pencegahan merupakan upaya awal yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang sangat erat kaitannya dengan kanker payudara.
“Bentuk pencegahan dapat dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor risiko. Seperti berolah raga secara teratur, makan makanan sehat, menghindari alkohol, dan tidak merokok,” pungkasnya.
Editor : Parna
Sumber : kumparan