Singapura menawarkan insentif berupa uang bagi siapa saja yang ingin memiliki bayi di masa pandemi corona (Covid-19). Negara itu khawatir, banyak warga yang menunda menjadi orang tua karena tekanan ekonomi akibat krisis yang disebabkan Covid-19.

Rincian biaya belum dirilis detil. Namun, pemerintah menjanjikan bonus yang besar.

“Kami menerima laporan bahwa Covid-19 telah menyebabkan beberapa calon orang tua menunda rencana mereka,” Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat dikutip dari CNN International, Rabu (7/10).

“Ini sangat bisa dimaklumi, terutama ketika mereka menghadapi ketidakpastian pendapatan.”

Apalagi saat ini Singapura jatuh ke jurang resesi, di mana PDB minus dua kuartal berturut-turut di enam bulan awal 2020. Di kuartal II ekonomi -12,6% (YoY) sementara di kuartal I -0,3%.

Ini sangat kontras dengan negara ASEAN lain, yang ingin mengendalikan kelahiran di saat pandemi. Sebut saja Filipina.

Singapura merupakan negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia selama beberapa dekade. Tingkat kesuburan di negara itu bahkan sempat menyentuh 1,14 kelahiran per wanita di 2018, menurut data badan statistik nasional.

Saat ini, ditulis BBC International, Singapura sebenarnya sudah memberi ‘bonus bayi’ sebesar US$ 7.330 (sekitar Rp 109 juta) ke warga yang mau memiliki bayi. Namun mereka harus memenuhi sejumlah syarat.

“Seperti banyak negara maju, tantangan utama populasi Singapura adalah kesuburan yang rendah dan populasi yang menua,” tulis pemerintah dalam laporan tahun 2011.

“Tujuan kami adalah untuk mencapai populasi yang berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kohesi sosial, sehingga Singapura tetap bersemangat dan layak huni.”

Untuk menghindari pandemi, Singapura telah melakukan semi lockdown yang disebut circuit breaker. Negara ini juga menggunakan inovasi teknologi untuk melacak kontak penderita Covid-19.

 

Editor : Aron

Sumber : kumparan