Kepala Kamar Dagang Arab Saudi Ajlan al-Ajlan menyerukan untuk memboikot semua yang ada di Turki, termasuk impor, investasi, dan pariwisata.

Hal itu dia ungkapkan usai komentar yang menyakitkan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

“Memboikot semua orang Turki, baik pada tingkat impor, investasi atau pariwisata, adalah tanggung jawab setiap orang Saudi, pedagang dan konsumen, sebagai tanggapan atas permusuhan berkelanjutan dari pemerintah Turki terhadap kepemimpinan kami, negara kami dan warga negara kami,” kata al -Ajlan di Twitter, dikutip dari Al Arabiya, Selasa (6/10).

“Tidak boleh dilupakan bahwa negara-negara tersebut tidak ada kemarin, dan mungkin tidak akan ada besok; namun, kami akan terus mengibarkan bendera kami di wilayah ini selamanya, dengan izin Allah,” kata Erdogan pada hari Kamis lalu di depan Majelis Umum Turki.

Al Ajlan berkata jika seruannya diikuti maka akan mempengaruhi ribuan eksportir Turki pada saat ekonomi negeri tersebut memang sedang goyah.

Lira Turki telah menukik, turun ke rekor terendah terhadap dolar Amerika Serikat pada pekan lalu.

Dampak virus corona yang dikombinasikan dengan krisis mata uang yang dimulai pada 2018 telah menyebabkan resesi tajam. Cadangan devisa bruto di bank sentral Turki turun hampir setengahnya tahun ini.

Terkait hancurnya perekonomian Turki, Presiden Erdogan menyalahkan aktor asing. Ia mengklaim pada Mei bahwa plot asing berusaha merusak perdagangan negara.

Sementara itu, para penentang pemerintahan malah menyalahkan kebijakan menteri keuangan Berat Albayrak, yang merupakan menantu Erdogan.

Mantan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan bulan lalu bahwa Albayrak “menghancurkan ekonomi Turki” dalam pidatonya dan nepotisme adalah satu-satunya alasan penunjukan Albayrak.

“Seseorang perlu dimintai pertanggungjawaban atas hilangnya nilai lira,” kata Davutoglu, menurut kantor berita Turki Duvar.

Argumen lain yang dibuat oleh kritikus Erdogan adalah bahwa pemerintah Turki lebih memperhatikan kemenangan di medan perang asing daripada memperbaiki krisis ekonomi.

Selain itu Erdogan juga dianggap telah menggunakan sumber daya negara yang besar untuk berperang di Suriah, Libya, dan sekarang Azerbaijan.

 

Editor : Aron

Sumber : cnnindonesia