Kucing adalah salah satu hewan yang umum dipelihara manusia. Namun, siapa sangka hewan lucu tersebut bisa menyimpan parasit berbahaya yang bisa memanipulasi otak manusia.
Toxoplasma gondii sendiri adalah parasit protozoa yang menyerang jaringan dan sel inang. Organisme bersel tunggal ini sebelumnya diketahui menyebabkan penyakit toksoplasmosis. Menurut catatan Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), toksoplasmosis umumnya tak menyebabkan gejala. Namun, penyakit ini dapat mengganggu tumbuh kembang janin jika menginfeksi ibu hamil.
Nah, studi dari Imperial College London menemukan bahwa parasit itu juga dapat menyebabkan gangguan neuropsikiatri bagi manusia. Neuropsikiatri sendiri adalah cabang kedokteran yang mempelajari gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh penyakit dalam sistem saraf.
Para ilmuwan memaparkan, penelitian pada 1950-an mengungkap bahwa Toxoplasma gondii dapat menjadi penyebab skizofrenia. Bukti terbaru juga menghubungkan parasit dengan penyakit seperti penyakit Alzheimer, gangguan bipolar, epilepsi, dan gangguan obsesif-kompulsif.
Mereka memperkirakan bahwa parasit ini menyebabkan hampir 150.000 hingga 300.000 kasus skizofrenia. Toxoplasma gondii juga menyebabkan 500.000 hingga 2,9 juta upaya bunuh diri non-fatal.
Kucing Ternyata Simpan Parasit Berbahaya, Bisa Ubah Orang Jadi Zombie? (1)
Toxoplasma gondii. Foto: DPD CDC via Wikimedia Commons
Tak hanya itu, para peneliti menemukan Toxoplasma gondii dikaitkan dengan perilaku adiktif dan obsesif karena mempengaruhi kadar serotonin dan dopamin. Serotonin sendiri adalah hormon yang mengatur mood, perilaku, nafsu makan, dan fungsi lainnya. Adapun dopamin adalah hormon yang mempengaruhi bagaimana kita merasakan kesenangan.
Lebih lanjut, tim peneliti juga menemukan data bahwa pasien epilepsi dari sub-Sahara Afrika ternyata positif terinfeksi Toxoplasma gondii. Dalam data tersebut, keberadaan Toxoplasma gondii lebih tinggi dibandingkan dengan parasit lainnya yang diasosiasikan dengan epilepsi, seperti Onchocerca volvulus and Toxocara canis.
“Jumlah asosiasi yang meningkat dari T. gondii dengan berbagai gangguan neuropsikiatri – di samping penjelasan kausal yang mendukung hubungan tersebut – menunjukkan bahwa dampak parasit yang menyebar ini pada populasi global telah sangat diremehkan,” kata tim peneliti dalam laporan mereka. “Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memperkuat basis bukti epidemiologis untuk asosiasi ini, tetapi yang terpenting juga untuk meningkatkan pemahaman tentang mekanisme penyebab.”

Dari tikus, kucing, ke manusia

Toxoplasma gondii sebenarnya dapat hidup di sebagian besar mamalia. Namun, siklus hidupnya secara tradisional melibatkan tikus sebagai host atau inang pertamanya.
Menurut sebuah penelitian di AS yang dipublikasi database pra-publikasi bioRxiv pada 2019, Toxoplasma gondii kemungkinan besar berada di kucing setelah mereka memburu tikus. Usus kucing sendiri diketahui merupakan satu-satunya tempat yang di mana Toxoplasma gondii dapat berkembang biak. Sebab, usus kucing kaya akan asam linoleat, bahan yang diperlukan untuk Toxoplasma gondii berkembang biak.
Menariknya, untuk membantu perpindahan mereka dari tikus ke kucing, Toxoplasma gondii memiliki teknik yang cukup mengganggu: manipulasi otak, menjadikan hewan pengerat layaknya zombie yang dapat dikendalikan.
Kucing Ternyata Simpan Parasit Berbahaya, Bisa Ubah Orang Jadi Zombie? (2)
Siklus hidup Toxoplasma gondii. Foto: CDC via Wikimedia Commons
Toxoplasma gondii diketahui mengubah perilaku tikus hingga membuat mereka tidak terlalu takut mengambil risiko. Ia juga dikenal bisa membuat tikus tertarik dengan aroma kotoran kucing. Dengan kata lain, parasit melakukan sesuatu ke otak tikus dan tikus agar mereka lebih mungkin mendekati kucing untuk kemudian ditangkap, dibunuh, dan dimakan.
Manusia sendiri tidak kebal terhadap Toxoplasma gondii. Menurut laporan Live Science, setidaknya sepertiga populasi dunia diperkirakan menderita toksoplasmosis, infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC) mencatat, manusia umumnya terinfeksi Toxoplasma gondii ketika mereka membersihkan kotak kotoran kucing peliharaannya. Beberapa pasien lain, kata CDC, terinfeksi ketika makan daging mamalia yang kurang matang atau sayuran yang tidak dicuci bersih.
Menurut Markus Fitza, seorang profesor di Frankfurt School of Finance and Management, yang penelitiannya berfokus pada bagaimana parasit dapat memengaruhi keputusan yang dibuat di dunia bisnis, Toxoplasma gondii memiliki bukti yang kuat memanipulasi otak manusia.
“Dasar-dasar otak manusia cukup mirip dengan tikus dalam skema besar,” kata Fitza kepada Live Science.
Dalam penelitiannya, Fitza menemukan bahwa wirausahawan yang terinfeksi Toxoplasma gondii cenderung menghasilkan pendapatan 6.000 dolar AS per tahun lebih besar ketimbang wirausahawan yang tidak terinfeksi.
Kucing Ternyata Simpan Parasit Berbahaya, Bisa Ubah Orang Jadi Zombie? (3)
Ilustrasi kucing. Foto: Pixabay/wilkernet
Fitza juga pernah menguji 197 profesional yang menghadiri lokakarya dan acara kewirausahaan. Dia menemukan bahwa 124 peserta di antaranya telah terinfeksi parasit Toxoplasma gondii.
Dari 124 profesional tersebut, 17 orang telah memulai bisnis mereka sendiri. Adapun dari 73 orang yang tidak terinfeksi hanya empat orang yang telah memulai bisnis mereka.
Meskipun ukuran sampelnya kecil, Fitza menemukan bahwa Toxoplasma gondii terbukti memanipulasi otak orang untuk membuat mereka tidak terlalu takut mengambil risiko, dalam hal ini untuk memulai perusahaan mereka sendiri.
“Kami belum bisa memastikan ini yang terjadi,” kata Fitza. “Tapi ini adalah argumen yang kami buat berdasarkan studi kami.”
Sebelumnya, dua studi terpisah yang dipublikasi Forensic Science pada 2006 dan BMC pada 2002 juga menemukan bahwa orang yang dites positif antibodi Toxoplasma gondii lebih mungkin mengalami kecelakaan mobil.
Namun hingga saat ini, para peneliti masih belum mengetahui mekanisme yang masuk akal untuk menjelaskan bagaimana Toxoplasma gondii dapat memanipulasi otak manusia. Para peneliti pun masih belum sepakat mengenai cara Toxoplasma gondii memanipulasi otak hewan pengerat tikus.
Editor : Aron
Sumber : kumparan