Israel resmi menormalisasi hubungan dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA). Kesepakatan damai diresmikan di Gedung Putih, Amerika Serikat, Selasa (15/9).
Dilansir AFP, upacara dihadiri oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Menlu Bahrain, Abdullatif Al Zayani, dan Menlu UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan.
Dipandu Presiden AS, Donald Trump, mereka menutup kesepakatan dengan menandatangani nota perjanjian “Abraham Accords” di halaman Gedung Putih.
Bahrain dan UEA adalah negara Arab pertama yang menjalin hubungan dengan Israel setelah tahun 1994. Sebelumnya, ada Mesir yang menormalisasi hubungan pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Trump menilai perjanjian damai yang ditengahi AS ini menjadi hari bersejarah untuk perdamaian di Timur Tengah.
“Setelah beberapa dekade terjadi perpecahan dan konflik, kami menandai awal dimulainya Timur Tengah yang baru,” kata Trump.
Bahrain, UEA, dan Israel Teken Perjanjian Damai di Gedung Putih, Dipandu Trump (1)
Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed usai melakukan perjanjian damai Israel, UEA, dan Bahrain. Foto: Tom Brenner/REUTERS
“Kami di sini, siang ini, berdiri untuk mengubah arah sejarah,” sambungnya.
Menurut Trump, Abraham Accords akan menjadi dasar untuk menyepakati perdamaian di seluruh kawasan Timur Tengah. Trump menjamin akan ada negara Arab lainnya yang menyusul Bahrain dan UEA.
“Setidaknya lima atau enam negara lagi,” ungkapnya.
Sayangnya, Trump tidak menyebutkan nama-nama negara tersebut. Namun, Trump dan Menlu UEA, Sheikh Abdullah, mengisyaratkan Arab Saudi kemungkinan akan ikut serta.
“Kami telah melakukan pembicaraan dengan Arab Saudi. Menurut saya, pikiran mereka sangat terbuka,” kata Trump.
Bahrain, UEA, dan Israel Teken Perjanjian Damai di Gedung Putih, Dipandu Trump (2)
Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed saat melakukan perjanjian damai Israel, UEA, dan Bahrain. Foto: Tom Brenner/REUTERS
Pada kesempatan yang sama, Netanyahu mengungkapkan kegembiraan atas normalisasi hubungan ini. Ia menyebut perjanjian damai tersebut sebagai poros sejarah.
“Pada akhirnya kami bisa mengakhiri konflik [negara] Arab-Israel untuk selamanya,” tutur Netanyahu.
Dalam sambutan yang ditujukan kepada Netanyahu, Menlu UEA Sheikh Abdullah menyambut baik perdamaian dengan Israel. Meski tak disebutkan secara detail poin perjanjian, Sheikh turut menyinggung permintaan untuk setop aneksasi Palestina.
“Terima kasih telah memilih damai dan menghentikan aneksasi wilayah Palestina,” kata Sheikh Abdullah.
Senada, Menlu Bahrain, al-Zayani, menekankan perlunya solusi dua negara untuk konflik Palestina-Israel.
Pejabat UEA dan Bahrain sebelumnya sama-sama berusaha meyakinkan rakyat Palestina bahwa mereka tidak akan meninggalkan Palestina. Meskipun, Palestina telah mengecam kesepakatan damai ketiga negara dan menganggap Bahrain dan UEA sebagai pengkhianat.

 

 

Editor : Aron

Sumber : kumparan