Interfaith Alliance for Safer Communities (IAFSC), sebuah LSM yang memberdayakan para pemimpin agama untuk bekerja demi keselamatan dan keamanan komunitas, mengadakan perundingan via online dengan perwakilan dari 50 peserta yang mewakili 7 agama dari 18 negara.

Direktur Shanti Ashram dan Co-Moderator Religions for Peace, Vinu Aram mengatakan, “Saat kami bekerja sama sebagai komunitas selama COVID-19, kami menemukan bahwa anak-anak menjadi lebih rentan … Sementara setiap negara berusaha menemukan solusinya sendiri, kami yang bekerja dengan anak-anak harus memberi dukungan yang lebih besar untuk ini.”

Kepala Eksekutif IAFSC, Dana Humaid, mengatakan “Iman menjadi lebih penting atau kuat di masa krisis saat ini. IAFSC menyelenggarakan acara ini memfasilitasi pertukaran pengetahuan dari berbagai kelompok agama dan komunitas dalam skala global. Pemimpin agama memiliki kekuatan untuk membantu komunitasnya, untuk menjadi pendukung bagi mereka yang membutuhkan, untuk membuat perubahan dan menawarkan kenyamanan dan juga untuk mencoba dan mengurangi penderitaan orang-orang di komunitas mereka.”

Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung belum pernah terjadi sebelumnya di zaman modern ini, dan berdampak signifikan pada kesejahteraan fisik, mental, dan spiritual komunitas, demikian disebutkan dalam pernyataan bersama IAFSC. Jutaan orang kehilangan pekerjaan dan menghadapi perjuangan berat, seperti mengalami kelaparan dan menjadi tunawisma. Pandemi ini juga memiliki konsekuensi yang tidak terduga, seperti misalnya lonjakan kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak serta meningkatnya kejahatan rasial berdasarkan ras dan agama.

Berperan untuk Membangun Kembali Kehidupan

Diskusi antaragama ini bertujuan untuk mengatasi masalah paling signifikan yang dihadapi oleh masyarakat saat ini. Selain itu, asosiasi antarumat beragama ini ingin membantu mereka yang paling terkena dampak wabah virus corona dalam membangun kembali kehidupan mereka.

Beberapa poin yang dicatat dalam pertemuan ini di antaranya: mengingatkan peran pemimpin agama untuk membangun, memajukan dan memperkuat semangat ketahanan.

Anak-anak adalah Korban Paling Rentan

IAFSC menyadari adanya tantangan dalam melakukan tugas ini, di mana pemimpin agama sulit bertemu dan membantu secara langsung dengan komunitas mereka karena adanya batasan protokol kesehatan. Lewat diskusi bersama, diharapkan para pemuka agama saling bisa bertukar cara dalam penanganan bantuan.

IAFSC juga menghargai upaya para pemimpin agama yang telah ambil bagian membantu beberapa komunitas. “Kita tidak dapat menciptakan situasi di mana kita mengabaikan komunitas lain yang sekarang membutuhkan bantuan kita.”

Hal yang penting juga menjadi tekanan dalam pertemuan digital ini adalah kelompok-kelompok agama harus melindungi martabat anak termasuk dari kejahatan digital dan membantu para korban dan keluarganya. Menurut IAFSC, pemimpin agama bisa menjadi ‘juara’ dalam memimpin pencegahan eksploitasi seksual.

IAFSC juga beanggapan bahwa perlu meningkatkan anggaran untuk layanan sosial dan kesehatan, serta pendidikan, mobilisasi, dan perawatan kesehatan universal.

Organisasi-organisasi yang ambil bagian dalam dialog antaragama ini antara lain: Arigatou International, ECPAT International, New York Board of Rabbi, Conference of European Rabbis, Bahá’í International Community, Peres Center for Peace and Innovation, Shanti Ashram, World Economic Forum, UNICEF, Conference of European Churches , Markaz Knowledge City (India), dan Online Antisemitism Task Force.

 

 

Editor : Parna

Sumber : detiknews