Jakarta – Mesir dan China meneken perjanjian kerja sama untuk mengajarkan bahasa Mandarin sebagai bahasa opsional kedua di sekolah-sekolah pra-universitas di negara itu.

Melansir Middle East Monitor, Kamis (10/9), perjanjian itu ditandatangani di Kairo oleh Menteri Pendidikan dan Pendidikan Teknis Mesir, Tarek Shawki, dan Duta Besar China untuk Mesir, Liao Liqiang.

“Mesir sangat ingin mendapatkan keuntungan dari pengalaman unik China dalam pembangunan ekonomi serta bidang lainnya,” ujar Shawki dalam upacara penandatanganan.

Dia menambahkan bahwa hubungan dengan China sangat mengakar karena Mesir adalah negara Arab dan Afrika pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara komunis itu pada 1956.

“Kesepakatan (yang dibuat) hari ini mewakili gambaran yang mencerahkan dari hubungan yang berbeda dan bermanfaat antara kedua negara sahabat, yang selalu kami upayakan untuk diperkuat dan didukung dengan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan,” ujar Shawki.

Kantor berita China, Xinhua, melaporkan bahwa China akan mendukung program kementerian di beberapa bidang, termasuk membangun pembangkit listrik tenaga surya di sekolah, lokakarya untuk pendidikan teknis, dan memperbarui teknologi pendidikan di sekolah menengah di seluruh Mesir.

Terdapat dua Institut Konfusius di Mesir, satu berada di Universitas Kairo dan satu lagi berada di Universitas Terusan Suez, bersama dengan tiga institut independen lainnya.

Sebanyak 16 universitas di Mesir telah mendirikan jurusan Bahasa Mandarin atau memasukkan bahasa Mandarin dalam kurikulum mereka.

“Lebih jauh, China akan membuka pendidikan ke dunia luar untuk memfasilitasi pertukaran pelajar antar kedua negara dan membuka jalan untuk membangun komunitas China-Mesir dengan masa depan bersama,” ujar Liqiang.

“Kami bersedia bekerja sama dengan Mesir untuk selangkah demi selangkah menerapkan perjanjian tersebut dan memperkuat kerja sama dalam meningkatkan kemahiran guru, memperkaya materi pengajaran bahasa Mandarin, mengoptimalkan metode pengajaran, dan menyusun silabus,” ungkapnya.

Perjanjian itu ditandatangani di tengah hubungan ekonomi yang berkembang antara Mesir dan China.

Menurut Menteri Perdagangan dan Industri Mesir, Nevine Gamea, perdagangan kedua negara mencapai US$5,2 miliar atau sekitar Rp77 triliun selama tujuh bulan pertama di tahun ini.

Pada Jumat pekan lalu, seorang sumber senior juga mengungkapkan bahwa konsorsium Mesir dan China telah memenangkan tawaran untuk membangun kereta api listrik berkecepatan tinggi pertama di Mesir.

Pembangunan itu berbiaya US$9 miliar atau sekitar Rp133 triliun dan dilaporkan akan menghubungkan Laut Merah dengan Mediterania dalam tiga jam perjalanan.

 

Editor : Aron

Sumber : cnnindonesia