Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November merosot US$2,23 atau 5,3 persen ke level US$39,78 per barel.
Peningkatan penyebaran penyakit dapat melemahkan pemulihan ekonomi global dan melemahkan permintaan bahan bakar.
Direktur energi berjangka di Mizuho Bob Yawger mengatakan pelemahan permintaan akan meningkatkan pasokan minyak dunia.
“Penyimpanan minyak mentah akan naik bahkan lebih tinggi daripada mendekati tertinggi dalam sejarah,” kata Yawger.
Selain faktor tersebut, minyak juga tertekan aksi jual yang dilakukan pasar.
“Komunitas spekulatif segera melepaskan diri dan mentalitas kawanan menghancurkan harga minyak,” kata Yawger.
Minyak mentah turun pada awal pekan lalu setelah perusahaan minyak negara Arab Saudi Aramco memangkas harga jual resmi Oktober untuk minyak ringan Arab-nya. Pemangkasan menimbulkan spekulasi bahwa permintaan minyak sedang melemah.
“Pemotongan harga Saudi yang diumumkan Minggu membuat WTI tidak menarik bagi pembeli Asia,” kata analis energi yang berbasis di Colorado, Phil Verleger dari PK Verleger LLC.