Jakarta – Langit Bumi akan kembali dihiasi fenomena langit pada September. Sejumlah peristiwa yang akan terjadi, seperti puncak hujan meteor Aurigid hingga bulan purnama.

Hujan meteor Aurigid (1 September)

Melansir Observatorium Bosscha ITB, 1 September merupakan salah satu hari yang tepat mengamati hujan meteor Aurigid di rasi Auriga. Meski telah mencapai puncaknya pada 31 Agustus, hujan meteor berlangsung mulai 28 Agustus sampai 5 September.

Hujan meteor itu dapat diamati dengan mata telanjang maupun binokuler. Tidak disarankan menggunakan teleskop karena akan membuat medan pandang terlalu kecil.

Jam pengamatan sekitar pukul 01.30 sampai matahari terbit. Diperkirakan dapat diamati 3 meteor per jam saat puncak hujan meteor tersebut.

 

Bulan purnama (2 September)

Bulan purnama merupakan fase Bulan yang terlihat 100 persen dari muka Bumi. Bulan mengelilingi Bumi setiap 4 minggu sekali (29.5 hari), menyebabkan bagian yang tersinari tampak berubah-ubah.

Ketika Bulan berada pada jarak terdekatnya, bulan akan terlihat sedikit lebih besar dari biasanya. Bulan akan terbit pada pukul 18.09 WIB, mencapai puncak pada pukul 00.31 WIB, dan terbenam pada pukul 05.42 WIB pada hari berikutnya.

Pengamatan Bulan purnama dapat langsung menggunakan mata telanjang, binokular, maupun teleskop kecil.

 

Puncak hujan meteor Epsilon-Perseid (9 September)

Hujan meteor Epsilon-Perseid yang juga berasal dari debu komet Swift-Tuttle akan terjadi pada 5-21 September, dengan puncak pada 9 September. Hujan meteor adalah sisa-sisa partikel yang ditinggalkan komet saat mengorbit Matahari.

Bumi berevolusi mengelilingi Matahari dan suatu saat melintasi lintasan komet. Partikel sisa komet yang jatuh ke medan gravitasi Bumi akan masuk ke atmosfer Bumi dan bergesekan dengan atmosfer sehingga tampak sebagai hujan meteor.

Di Bandung, hujan meteor ini akan dapat diamati pada pukul 22.05 WIB hingga pukul 05.25 WIB pada pagi hari pada rasi Perseus.

Waktu terbaik melakukan pengamatan adalah sekitar pukul 04.00 WIB, ketika radiant (sumber hujan meteor) berada pada posisi tertingginya di langit. Fenomena ini dapat diamati cukup dengan mata telanjang saja.

 

Bulan kuartir akhir (10 September)

Kuartir akhir adalah fase Bulan saat sudut Matahari-Bumi-Bulan sekitar 90 derajat. Bulan akan terbit pada pukul 23.24 WIB dan terbenam pada pukul 11.08 WIB.

 

Ekuinoks September (14 September)

Equinox merupakan fenomena ketika siang dan malam sama lamanya. Equinox terjadi dua kali, bulan Maret disebut Vernal Equinox dan September disebut Autumnal Equinox.

Equinox adalah istilah dari bahasa Latin, aequus yang artinya sama dan nox yang artinya malam.

 

Bulan kuartir awal (24 September)

Kuartir awal adalah fase Bulan saat sudut Matahari-Bumi-Bulan sekitar 90 derajat. Bulan akan berada di atas kepala pada saat sore hari, pukul 17.57WIB dan tenggelam tengah malam pukul 23.56 WIB.

 

Editor : Aron

Sumberr : cnnindonesia