PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp10,29 triliun per semester I 2020. Angka itu anjlok 23,94 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp13,53 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar memaparkan biaya operasional perusahaan membengkak dari Rp18,37 triliun menjadi Rp19,18 triliun. Selain itu, cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) juga naik dari Rp6,21 triliun menjadi Rp10,29 triliun.

“Untuk mengantisipasi potensi ketidakpastian ekonomi ke depan, kami juga membangun pencadangan untuk memastikan terjaganya kualitas aset. Per Juni 2020, rasio coverage CKPN konsolidasi kami berada di kisaran 195,5 persen,” papar Royke dalam video conference, Rabu (19/8).

Sementara, penyaluran kredit perbankan sebenarnya masih tumbuh meski tipis sebesar 4 persen dari Rp835,11 triliun menjadi Rp871,66 triliun. Penyaluran kredit diberikan untuk sejumlah segmen, seperti korporasi sebesar Rp326,2 triliun, komersial Rp140,4 triliun, konsumer Rp90 triliun, dan usaha kecil menengah (UKM) Rp49,9 triliun.

Selain itu, Bank Mandiri juga menyalurkan kredit pada program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tercatat, perusahaan mengucurkan KUR sebesar Rp7,03 triliun atau 39,7 persen dari target penyaluran tahun ini yang mencapai Rp17,7 triliun.

“Jumlah penerima sebanyak 84.500 debitur. Dengan demikian outstanding KUR Bank Mandiri sejak 2015 hingga saat ini mencapai Rp31,5 triliun kepada 1,65 juta debitur,” jelas Royke.

Namun, kenaikan penyaluran kredit juga diiringi dengan peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dari 2,59 persen menjadi 3,28 persen. Hal ini tak lepas dari banyaknya nasabah yang terdampak pandemi virus corona.

Sementara, Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 15 persen dari Rp843 triliun menjadi Rp976 triliun. Sementara, total aset perusahaan tumbuh 10,02 persen dari Rp1.235,62 triliun menjadi Rp1.359,44 triliun.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Rumantir menambahkan perusahaan menargetkan pertumbuhan kredit satu digit alias di bawah 10 persen tahun ini. Pasalnya, tak sedikit nasabah perusahaan yang terkena dampak dari pandemi virus corona.

“Target kredit kami proyeksikan tetap sehat, tapi mungkin satu digit. Tentu ada nasabah yang terdampak pandemi, jadi kami harus hati-hati,” pungkas Silvano.

 

Editor : Parna

Sumber : cnnindonesia