Tie-dye mendadak naik daun. Teknik pewarnaan kain itu dinilai sebagai aktivitas kreatif yang dapat menimbulkan perasaan senang di tengah pandemi.

Pada dasarnya, tie-dye merupakan teknik pewarnaan kain dengan metode pencelupan. Pada tie-dye, kain diwarnai dengan mengikat beberapa bagian tertentu sebelum dilakukan pencelupan sehingga memberikan efek-efek tertentu.

Di Indonesia, tie-dye dikenal pula dengan istilah jumputan. Beberapa bahkan mengkombinasikan teknik jumputan dengan batik.

Beberapa pewarna sintetis seperti jadi jagoan untuk kreasi tie-dye. Namun, selain harganya yang relatif mahal, pewarna sintetis juga jelas tak ramah lingkungan.

Sebagai alternatif, Anda bisa mencoba berkreasi dengan beberapa jenis pewarna alami. Beberapa di antaranya bahkan bisa didapat dari dapur Anda.

Berikut pilihan pewarna alami untuk tie-dye.

1. Kunyit

Selain dikenal kaya akan manfaat kesehatan, kunyit juga menjadi salah satu pewarna alami paling populer.

Tak sulit untuk mendapatkan warna dari kunyit. Pigmen warna kuning pada kunyit yang disebut kurkuminoid sangat mudah menempel pada permukaan kain. Kunyit akan menghasilkan warna kuning yang sangat cantik.

2. Bayam

Jangan Anda pikir bahwa bayam hanya bisa dimakan. Bayam juga bisa menjadi salah satu pilihan pewarna alami. Pigmen warna hijau pada klorofil daun bayam dapat memberikan efek warna hijau pada kain.

3. Bawang merah dan bombai

Setelah dikupas, kulit bawang jangan dibuang. Manfaatkan kulit bawang sebagai pewarna alami.

Kulit bawang merah dikenal memiliki pigmen warna merah yang berasal dari antosianin. Kulit bawang bombai memiliki pigmen warna kuning kecokelatan. Warna yang dihasilkan akan berkisar antara rentang cokelat muda menuju merah bawang.

4. Alpukat

Tak disangka, selain mengandung banyak vitamin, alpukat juga mengandung pigmen yang membuatnya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pewarna alami.

Hampir semua bagian alpukat dapat dijadikan pewarna alami. Daun alpukat bisa menghasilkan rentang warna cokelat. Sementara biji dan kulit alpukat umumnya menghasilkan warna antara cokelat hingga merah muda.

5. Daun ketapang

Pohon yang umumnya hidup di kawasan pantai ini telah lama dikenal sebagai pewarna alami. Ketapang umum digunakan oleh masyarakat pesisir.

Pada dasarnya, daun pohon ketapang memiliki pigmen warna kecokelatan. Namun, jika dicampur dengan larutan tertentu, daun ketapang bisa menghasilkan warna hitam.

6. Indigofera atau tanaman nila

Indigofera telah lama digunakan sebagai pewarna alami oleh masyarakat. Sejarah mencatat, pada abad ke-16, masyarakat India dan beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah membudidayakan indigofera untuk kemudian digunakan sebagai pewarna alami.

Daun dari tanaman indigofera dapat menghasilkan biru laut yang cantik. Warna yang dihasilkan umumnya sama seperti pada bahan denim.

7. Kayu secang

Selain menjadi bahan minuman tradisional populer, kayu secang juga bisa dijadikan pewarna alami.

Tumbuhan ini tersebar di semua pulau Nusantara. Seduhan kayu secang dapat menghasilkan warna merah gading muda.

Selain daftar di atas, Anda juga bisa berkreasi dengan kol ungu, bunga telang, bunga rosella, kulit jeruk, dan bahan-bahan lainnya.

Cara Ekstraksi Pewarna Alami

Pada dasarnya, cara ekstraksi zat warna alami pada semua tanaman dilakukan dengan cara yang sama, terkecuali pada tanaman indigofera. Proses ekstraksi warna pada tanaman indigofera bisa dilakukan melalui cara menghancurkan daun dengan tangan hingga menghasilkan warna.

Mengutip buku Natural Dyes: Ensiklopedi Zat Warna Alami dari Tumbuhan untuk Industri Batik yang ditulis Dwi Suheryanto, rebus bahan-bahan yang Anda inginkan hingga air berubah warna. Umumnya, tahap ini membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit untuk mengeluarkan ekstrak warna dari tumbuhan.

Setelah air berubah warna, saring dan pisahkan air dengan bahan. Masukkan kain ke dalam larutan untuk proses pencelupan. Sebelum dicelup, ikat dan lipat kain sesuai dengan motif yang Anda inginkan. Sebagai pilihan yang lebih mudah, ikan kain secara sembarang untuk mendapatkan motif yang lebih abstrak. Gunakan cuka dan garam untuk memperkuat warna.

Perlu dicatat, hasil awal proses pewarnaan dengan menggunakan bahan alami akan menghasilkan warna yang cenderung lembut dan tipis. Ulangi proses pencelupan atau pewarnaan beberapa kali hingga Anda mendapatkan tingkat warna yang diinginkan.

Gunakan pula kain katun dan sutra untuk hasil terbaik. Pewarna alami akan bekerja dengan baik pada kain yang juga dibuat dari serat alami.

 

Editor : Parna

Sumber : cnnindonesia