Filipina ikut jatuh ke dalam jurang resesi ekonomi akibat virus corona. Resesi terjadi setelah Otoritas Statistik Filipina melaporkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut terkontraksi 16,5 persen pada kuartal II tahun ini.

Kontraksi ekonomi pertama yang menjerat Filipina dalam 3 dekade tersebut terjadi akibat kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintahan negara tersebut demi mempersempit penyebaran corona.

Otoritas menyebut lockdown terlama di dunia tersebut telah menghancurkan ekonomi.

Prospek ekonomi negara kepulauan itu diperkirakan makin suram. Saat ini, jumlah infeksi virus corona melonjak melewati 115.000 minggu ini.

Peningkatan lebih dari lima kali lipat sejak awal Juni itu justru terjadi ketika lockdown yang melumpuhkan ekonomi dilonggarkan.

“Tanpa ragu, pandemi dan dampak buruknya terhadap ekonomi sedang menguji ekonomi tidak seperti sebelumnya,” kata penjabat Sekretaris Perencanaan Sosial Ekonomi Karl Chua seperti dikutip dari AFP, Kamis (6/8).

Namun, ia mengatakan tidak seperti krisis masa lalu, Filipina sekarang berada dalam posisi yang lebih kuat untuk mengatasi masalah itu.

Meskipun demikian, ketika petugas kesehatan negara itu sedang berjuang untuk mengatasi corona, lebih dari 27 juta orang di Manila dan empat provinsi sekitarnya pulau utama Luzon yang menyumbang lebih dari dua pertiga dari output ekonomi negara itu, kembali di-lockdown parsial selama dua minggu.

Presiden Rodrigo Duterte yang enggan memperketat pembatasan setelah jutaan orang Filipina kehilangan pekerjaan saat lockdown pertama dilakukan mengatakan negara tidak kuat lockdown lebih lama.

“Kami tidak punya uang lagi. Saya tidak bisa memberikan makanan dan uang lagi kepada orang-orang,” kata Duterte Minggu.

Kesengsaraan ekonomi negara telah diperburuk oleh penurunan pengiriman uang dari tenaga kerja Filipina yang bekerja di luar negeri. Biasanya tenaga kerja itu mengirim uang ke keluarga mereka setiap bulan dan bisa digunakan untuk mendorong konsumsi masyarakat yang menjadi penopang utama pertumbuhan Filipina.

Data bank sentral Filipina, pengiriman uang tersebut turun 6,4 persen dalam lima bulan pertama 2020, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terjadi karena ribuan pelaut, pembersih dan pekerja konstruksi kehilangan pekerjaan mereka dan kembali ke Filipina.

 

Editor : Parna

Sumber : cnnindonesia