Perusahaan bioteknologi Moderna mendapatkan kucuran dana sebesar US$400 juta atau sekitar Rp5,82 triliun (asumsi kurs Rp14.567 per dolar AS) untuk mengembangkan vaksin virus corona.

Dikutip dari CNN.com, Moderna menerima dana tersebut dari program Operation Warp Speed Amerika Serikat untuk pasokan vaksin potensial mRNA-1273. Perusahaan mengungkap pihaknya segera menyelesaikan pendaftaran untuk studi fase 3 akhir September mendatang.

Moderna pun baru merilis laporan keuangan terbarunya. Mereka membukukan kerugian lebih kecil dari yang diharapkan tetapi pendapatan melebihi perkiraan.

Saham Moderna (MRNA) turun sekitar 4 persen karena berita tersebut, tetapi saham perusahaan ini telah melonjak hampir 300 persen tahun ini.

Harapan pengembangan vaksin virus corona telah mengkerek harga saham Moderna. Para investor pun sedang memantau rencana perusahaan akan membanderol vaksin corona.

Hal ini berkaca pada perusahaan biotek Gilead Sciences yang mengungkapkan bahwa obat remdesivir milik mereka akan berharga US$520 per botol atau setara Rp7,5 juta.

Perusahaan juga membanderol obat remdesivir seharga US$3.120 atau setara Rp45,4 juta untuk enam botol yang diminum selama lima hari.

Tetapi CEO Moderna Stéphane Bancel bersumpah bahwa vaksinnya akan dibanderol dengan harga terjangkau.

“Kami bekerja dengan pemerintah di seluruh dunia dan lainnya untuk memastikan vaksin dapat diakses terlepas dari kemampuan membayar. Dan kami akan bertanggung jawab atas harga selama pandemi,” kata Bancel.

Sejauh ini vaksin Moderna akan dibanderol kisaran US$32 hingga US$37 per dosis atau kisaran Rp460 ribu hingga Rp550 ribu.

Moderna akan mengenakan harga yang lebih rendah untuk pembelian mRNA-1273 yang lebih banyak.

Moderna hanyalah salah satu dari beberapa perusahaan yang berlomba menghasilkan vaksin. Saham bioteknologi kecil lainnya, Novavax (NVAX), melonjak hampir 15 persen setelah mengumumkan hasil uji klinis yang menjanjikan.

Saham Novavax naik lebih dari 4.000 persen tahun ini. Novavax juga telah menerima pendanaan Operation Warp Speed, seperti halnya perusahaan obat raksasa Johnson & Johnson, AstraZeneca, GlaxoSmithKline dan uji coba bersama dari raksasa Farmasi Besar Pfizer dan BioNTech Jerman.

 

Editor : Parna

Sumber : cnnindonesia