Positivity rate adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi pandemi corona di suatu negara. Sebab ia merupakan perbandingan jumlah tes swab dan kasus positif.
Semakin rendah positivity rate semakin terkendali pandemi. Namun, tentu jumlah tes yang harus dicapai ada standarnya. Kasus positif kecil karena jumlah tes kecil tentunya tak masuk kriteria.
Untuk menghitung positify rate, WHO mematok jumlah tes minimal 1.000 per 1 juta penduduk per pekan. Hingga kini Indonesia belum bisa mencapai target tersebut.
Dalam laporan WHO, tes di Indonesia pada pekan pertama Agustus berada di sekitar 250 per 1 juta penduduk per pekan. Masih jauh dari target WHO.
Kisaran tes di Indonesia tersebut perlu terus digenjot. Apalagi positivity rate per pekan lalu juga meningkat di angka sekitar 15 persen.
Padahal standar WHO, minimal di angka 10 persen. Kalau mau lebih aman, harus ditekan sampai di bawah 5 persen.
Jika Tes di Jakarta Tak Dihitung, Positivity Rate Corona RI Tembus 20 Persen (1)
Positivity rate corona di Indonesia dengan dan tanpa Jakarta per 5 Agustus. Foto: Dok. WHO
Positivity Rate Corona di Jakarta
Dari data yang ada, soal tes, dari 34 provinsi di Indonesia baru DKI Jakarta yang telah jauh melampaui standar WHO.
Di pekan awal Agustus tembus 3.500 tes per 1 juta penduduk. Berarti 3,5 kali lipat dibanding standar WHO.
Namun pada periode tersebut, jumlah tes berkurang. Sebab pekan sebelumnya mencapai lebih dari 4.000 per 1 juta penduduk per minggu.
Hal ini pun berdampak ke peningkatan positivity rate. Pekan lalu mencapai 7,5-7,6 persen. Meningkat jauh dari satu pekan sebelumnya di angka 5,5 persen.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun telah mewanti-wanti kenaikan ini. Ia meminta warga Jakarta lebih disiplin mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan.
Pemprov DKI pun telah memperpanjang PSBB Transisi hingga 13 Agustus. Ganjil-genap pun kembali diberlakukan untuk mengurangi mobilitas penduduk.
Positivity Rate di Indonesia Tanpa Jakarta
Dalam laporan WHO ini sangat terlihat, kenaikan positivity rate di Jakarta cukup berpengaruhi untuk nasional. Sebab, seperti yang dijelaskan sebelumnya, jumlah tes di Jakarta mendominasi.
Tanpa DKI Jakarta, jumlah tes swab nasional berkurang drastis. Dalam grafik, terlihat menjadi di angka 100-150 tes per 1 juta penduduk per pekan.
Tentunya, positivity rate di Indonesia jadi melesat. Bahkan sampai di angka 20 persen.
Meski menurun dari pekan sebelumnya, tentu hal ini harus diwaspadai. Lima bulan berjalan, positivity rate di Indonesia malah makin menjulang.
Editor : Parna
Sumber : kumparan